POLITEKNIK St. Paulus, Surakarta berhasil menorehkan kerjasama dengan Universitas Chengdu, Provinsi Sechuan, Tiongkok dalam bentuk penandatanganan MOU. Penandatangan kerja sama itu terjadi di Kampus STMIK Bina Insani Bekasi, Minggu (17/4).
Kerjasama itu dijembatani SEAMOLEC (South East Asia Ministers of Education for Open Learning Center). Kerjasama itu meliputi Program Gelar Ganda (Double Degree Program), Pemagangan dan Penempatan Kerja bagi para lulusan Politeknik St. Paulus Surakarta.
Demikian penjelasan David Maharya Ardyantara, Direktur Pengemb
angan dan Kerjasama Politkenik St. Paulus, menyusul penandatanganan MOU. Pihak Universitas Chengdu diwakili oleh Zhang Dongye selaku International Division dan Zhang Ziaoqian selaku Direktur Chengdu Textile College.
China Corner
Politeknik St. Paulus merupakan salah satu dari 70 perguruan tinggi dari seluruh Indonesia yang melakukan kerjasama dengan universitas tersebut. Ke-70 perguruan tinggi sepakat untuk membentuk konsorsium dan juga China Corner.
Terkait dengan konsorsium, Politeknik St. Paulus Surakarta ditunjuk sebagai koordinator untuk wilayah Solo Raya yang dikoordinasi oleh Kandi Firman Said, IT Head Politeknik St. Paulus, Surakarta. Konsorsium meliputi business center, care giver (pengasuh lansia) dan industri kreatif.
Sementara China Corner dibentuk sebagai jembatan maya dalam transfer ilmu serta teknologi dari perguruan tinggi Tiongkok dan Indonesia.
“Kerjasama ini dilatarbelakangi dengan munculnya Tiongkok sebagai negara terkuat kuat di Asia di samping Jepang dan Korea Selatan khususnya dalam bidang teknologi, investasi serta tenaga ahli. Tiongkok dengan jumlah penduduk 1,6 milyar dengan rata-rata jumlah 20.000 mahasiswa untuk tiap perguruan tinggi. Setiap tahunnya Tiongkok mengirim 40.000 mahasiswa ke seluruh penjuru dunia untuk menuntut ilmu. Hal tersebut dijadikan acuan bagi peningkatan mutu dan kualitas tata kelola akademik oleh Politeknik Santo Paulus Surakarta,” ujar David.
Kerjasama dengan Tiongkok ini diperlukan dan relevan bagi perguruan tinggi dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) serta dalam menghadapi persaingan dengan Perguruan Tinggi Asing yang mulai masuk Indonesia pada 2017.