DUA sesi misa requiem untuk mendoakan Romo Francesco Marini SX akan digelar secara terpisah di dua lokasi berbeda. Pertama di Gereja St. Matius Penginjil Bintaro pada hari Kamis tanggal 26 Mei 2016 besok pukul 19.00 WIB. Inilah salah satu paroki gereja katolik di KAJ yang diampu oleh para room Xaverian (SX), selain paroki lainnya yakni Toasebio di Jakarta Barat dan Stella Maris di Pluit, Jakarta Utara.
Kedua akan digelar di Auditorium STF Driyarkara Jakarta pada hari Senin tanggal 30 Mei 2016 pukul 11.00 WIB. Alm. Pastor Francesco Marini SX adalah mantan dosen untuk mata kuliah misiologi di STF Driyarkara Jakarta sekaligus mantan Rektor Skolastikat Frater-frater SX yang tengah studi filsafat dan teologi di STF Driyarkara Jakarta.
Baca juga:
- RIP Pastor Francesco Marini SX, Mantan Pemimpin Umum Kongregasi Xaverian
- In Memoriam: Pastor Francesco Marini SX, Misionaris Xaverian Super Ramah
- In Memoriam Pastor F. Marini SX: Tanpa Pesta di HUT ke-50 Tahbisan Imamat di Italia
Romo Francesco Marini SX diberitakan telah meninggal dunia di Parma, Italia, setelah beberapa tahun terakhir ini menderita sakit kanker serius. Dua tahun lalu, dengan berat hati alm. Romo Francesco Marini SX akhirnya rela meninggalkan Indonesia yang sudah dianggapnya sebagai tanahairnya kedua setelah Italia untuk kembali pulang ke negara asalnya untuk melakukan pengobatan dan perawatan.
Itulah terakhir kalinya, alm. Romo Francesco Marini SX melihat Indonesia untuk selamanya hingga akhir hayatnya kemarin.
Selain menjadi imam misionaris di Indonesia dan dosen misiologi di STF Driyarkara, alm. Romo Francesco Marini SX pernah dipercaya menjadi pemimpin umum sedunia untuk tarekatnya sebagai superior general. Untuk tugas dan tanggungjawab besar ini, alm. Romo Francesco Marini SX mesti meninggalkan Jakarta dan tinggal bertugas di Italia. Namun, usai tugasnya sebagai pemimpin umum Kongregasi Imam-imam Misionaris Xaverian (SX) ini berakhir, alm. Romo Marini SX kembali memutuskan kembali ke ‘tanahairnya’ yang kedua: Indonesia.
Hanya karena sakit serius dan butuh pengobatan rutin, beliau akhirya rela meninggalkan Indonesia pada tahun 2014.
Requiescat in pace.