PULAU Kalimantan merupakan pulau kedua tersebesar di Indonesia setelah Papua. Pulau jumbo ini memiliki potensi alam yang kaya dengan keranekaragaman hayati sebagai sumber kesejahteraan masyarakat. Namun, potensi alam kaya raya ini tidak serta merta bisa berkontribusi bagi kesejahteraan bersama masyarakat lokal Kalimantan.
Menyikapi fenomena tersebut, Tim Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Regio Kalimantan, menggelar pertemuan pada 23-26 Mei 2016 lalu. Pertemuan ini digelar di Wisma Sikhar Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Pertemuan ini diikuti oleh 33 orang penggiat kerasulan sosial, ekonomi, keadilan, perdamaian dan karitatif Regio Kalimantan. Tujuannya ingin lebih memusatkan perhatian pada gerakan bersama.
Menyentuh persoalan
Para peserta diajak untuk lebih mendalam memikirkan kembali pelayanan sosial di Kalimantan yang lebih menyentuh persoalan nyata masyarakat. Selain itu, diharapkan menyusun suatu program pelayanan yang berdampak luas bagi kesejahteraan bersama masyarakat di Kalimantan, terlebih masyarakat lokal.
Tiga komisi berkontribusi dalam pertemuan ini yaitu Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi, Komisi Keadilan Perdamaian Pastoral Minrant Perantau dan Karitas dari seluruh Keuskupan Regio Kalimantan.
Keuskupan Regio Kalimantan terdiri atas Keuskupan Agung Pontianak, Keuskupan Agung Samarinda, Keuskupan Sintang, Keuskupan Ketapang, Keuskupan Sanggau, Keuskupan Palangkaraya, Keuskupan Banjarmasin, dan Keuskupan Tanjung Selor.
Pertemuan bertema “Bergerak dan Berjuanglah: Mempertahankan dan Memperjuangkan Kalimantan Baru” ini dihadiri Ketua Komisi PSE-KWI, Mgr John Philip Saklil dan Sekretaris Eksekutif PSE-KWI RD Teguh Santosa.
Uskup Keuskupan Banjarmasin Mgr. Petrus Boddeng Timang menjadi selebran utama dalam ekaristi pembuka pertemuan. Ia didampingi Pastor Timotius Ketut MSF dan Pastor Bagara Darmawan OFMCap. Dalam homilinya, Mgr. Timang mengingatkan kembali pada para peserta, untuk menjadi pelayan dibutuhkan sikap beriman, rela berkorban, rendah hati, tulus iklas dalam melayani mereka yang membutuhkan.
Paradigma baru
Mgr. John Philip Saklil menegaskan, para penggiat kerasulan sosial di Kalimantan perlu suatu paradigma baru dalam melakukan pelayanan bagi masyarakat demi mencapai kesejahteraan bersama. “Kita mesti bergerak bersama dengan satu visi dan misi menuju Kalimantan Baru,”tegasnya.
Mgr. John Philip Saklil mendorong pertemuan ini lebih mendalam. Ia juga mengajak forum smemikirkan kembali pelayanan sosial di Kalimantan yang lebih menyentuh persoalan masyarakat dan pelayanan yang berdampak luas bagi kesejahteraan bersamadi Kalimantan, terlebih masyarakat lokal sendiri.
Selama tiga hari, para peserta bergumul dengan konsep Kalimantan Baru yang menjadi pusat gerakan bersama bagi para penggiat sosial gereja di Regio Kalimantan. Mgr. John kembali menegaskan pada para peserta, karya sosial gereja mesti menyangkut persoalan nyata masyarakat, yang kemudian perlu dianalisis secara jeli akar penyebab persoalan tersebut, dan setelah itu perlu keterlibatan semua pihak untuk mengatasinya. “Dengan demikian, para pelayan dalam karya sosial mesti mengenal kondisi masyarakat setempat lebih mendalam,“ kata Mgr John.
Kalimantan Baru
Kalimantan merupakan pulau yang begitu kaya raya, namun dalam kekayaannya masyarakat lokal justru terjerat kemiskinan. Dengan demikian Gereja Katolik Kalimantan mesti melakukan suatu gerakan bersama menuju Kalimantan Baru. Dalam diskusi-diskusi, para peseta pertemuan bersama-sama merumuskan kembali konsep Kalimantan Baru.
Konsep Kalimantan Baru ialah suatu upaya mempertahankan dan memperjuangkan keutuhan ciptaan dengan semangat Injil dan nilai-nilai rumah panjang demi mencapai kesejahteraan bersama. “Gereja harus berpihak pada mereka yang lemah dan tersingkirkan oleh mereka yang memiliki kuasa dan modal yang kerapkali mengabaikan nilai-nilai solidaritas-belarasa keutuhan ciptaan demi kepentingan ekonomi semata,” kata Romo Teguh Santosa.