Rabu, 20 Juli 2016
Pekan Biasa XVI
Yer 1:1.4-10; Mzm 71:1-4a.5-6ab.15ab.17; Mat 13:1-9
Yesus berkata, “Ada seorang penabur keluar menaburkan benih…. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.”
SAAT Yesus berkotbah di hadapan banyak orang tentang Kerajaan Allah, tentu Ia berharap mendapat tanggapan positif. Maka Ia kotbah tentang perumpamaan ini seperti Ia sedang melihat petani menabur benih. Ia lalu mengantisipasi wajah-wajah dan mungkin orang-orang yang mendengar pesan-Nya namun memilih untuk tidak menanggapi secara positif atau yang tanggapannya tak mendalam.
Namun syukur pada Allah bahwa beberapa benih jatuh di tanah yang baik dan menghasilkan buah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Kita dapat mengerti bahwa buah itu adalah keutamaan-keutamaan yang terinspirasi oleh iman, harapan dan kasih.
Dalam Adorasi Ekaristi Abadi, sementara kita bersembah sujud di hadirat Yesus Kristus; kita belajar menjadi tanah yang baik dan subur hingga bertumbuh dalam keutamaan tiap hari mengikuti jejak dan kasih-Nya. Keutanaan-keutamaan terbesar adalah perbuatan kasih dan pelayanan karitatif pada sesama yang berdasar pada doa-doa kontemplatif (hening). Bagaimana kita menjadi tanah yang baik dan menghasilkan buah dalam hidup kita sehari-hari?
Tuhan Yesus Kristus, Engkau tahu betapa mudah kami bersikap setengah-setengah dan hidup suam-suam kuku. Anugerahilah kami kebiasaan hidup doa yang hening dan kontemplatif tiap hari dan kami selalu terarah dan memberi ruang pada-Mu dalam hidup kami dan peduli pada sesama kini dan selamanya. Amin.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)