Jambi: School of Loresa (Love, Readiness, Sacrifice) Teruskan Warisan Pater Dehon

1
1,519 views
Program acara bernama School of Loresa (Love, Readiness, Sacrifice) untuk mengenal dan mengenyam warisan spiritualitas Pater Dehon, pendiri Kongregasi SCJ. (Romo Christophorus Tri Haryadi SCJ)

INI berangkat dari pertanyaan banyak orang muda di daerah Jambi Kota tentang apa itu Loresa dan Salib Dehonian. Maka,  akhirnya lalu  direncanakan kegiatan mendalami semangat Pater Dehon, pendiri Kongregasi Imam-imam Hati Kudus Yesus (SCJ).

Kegiatan ini dinamai School of Loresa (SoL).

Menurut Marisi, kegiatan pendalaman spiritualitas Dehonian orang muda pernah dibuat, namun itu sudah lama sekali terjadi.  “Pendalaman Loresa pertama dulu dibuat di bulan Juni 2008, ketika saya masih duduk di bangku SMA. Setelahnya memang ada, tetapi tidak secara khusus menyebutnya sebagai pendalaman Semangat Dehonian untuk orang muda,” tutur Marisi.

Karena itu, hadirnya SoL bisa termasuk obat kangen bagi orang muda di sekitar Jambi akan suntikan spiritualitas.

Loresa2
Anak-anak muda diajari dinamika mengenal warisan spiritualitas Pater Dehon, pendiri Kongregasi Imam-imam Hati Kudus (SCJ) dalam sebuah program pembinaan bernama School of Loresa. (Romo Christophorus Tri Haryadi SCJ)

 Konsep sekolah

Disebut ‘sekolah’ karena para peserta harus mengikuti kegiatan pengajaran. Dalam pengajaran, mereka mendalami materi seputar dunia Orang Muda Katolik (OMK) dan spiritualitas Pater Dehon, khususnya Love, Readiness dan Sacrifice (Loresa). SoL berlangsung selama 4 hari dari Kamis (14/7) hingga Minggu (17/7) di Pondok Kristopel, sebuah rumah komunitas milik SCJ, Jambi.

Peserta yang hadir seluruhnya berjumlah 45 OMK. Mereka berasal dari Paroki Santa Teresia Jambi, Kuasi Paroki Santo Gregorius Agung, Santo Isidorus Singkut dan Santo Yohanes Pembaptis Perawang, Riau. Mengingat kesibukan para peserta, SoL dirancang seturut situasi peserta.

Pada hari pertama dan kedua, kegiatan dimulai dari pukul 16.00 sampai dengan pukul 22.30 WIB. Lalu peserta kembali ke rumah masing-masing. Sedang kegiatan pada hari ketiga dilakukan dengan menginap.  Setiap hari,  peserta mendapat PR untuk menuliskan ilmu Loresa yang mereka peroleh sebagai status di laman Facebook mereka.

Berkat SoL, Pondok Kristopel, sebagai tempat pelaksanaan, menjadi ramai selama empat hari tersebut. Pada pagi hari pun diadakan kelas untuk melatih kreativitas dalam kegiatan orang muda untuk peserta yang berminat.

Guru-guru Loresa yang memberi materi ialah Romo Joko Susilo SCJ sebagai pendamping Nasional Youth Dehonian Community Indonesia.  Ia  secara khusus mengulas tiga warisan rohani, yaitu love, readiness dan sacrifice.

Loresa3
Semangat Orang Muda Katolik (OMK) di Jambi untuk mau mendalami nafas semangat spiritualitas Pater Dehon, pendiri Kongregasi Religius Imam Hati Kudus (SCJ) dalam program acara School of Loresa di Jambi. (Romo Christophorus Tri Haryadi SCJ)

Saudara Wisnu, Agus Basuki dan Hendra mendampingi para peserta untuk bisa mengerti seluk beluk kehidupan OMK.  Mereka mengajak refleksi tentang panggilan orang muda sebagai garam dan terang dunia.

Pada proses ini, peserta diajak untuk terbuka wawasannya bahwa risiko menjadi ekslusif itu ada, tetapi bila OMK berfokus pada kegiatan-kegiatan paroki maka eksklusivitas dapat dijebol. Pada hari ketiga dan keempat, dua guru dari Palembang yakni Romo Anselmus Inharjanto SCJ dan Romo Paulus Guntoro SCJ datang untuk mengajar soal kepemimpinan orang muda dan mendalami kharisma Pater Dehon.

Baper

Kesan umum para peserta sangat beraneka ragam. Demam SoL masih dirasakan oleh para peserta sampai hari-hari setelah kegiatan.  Mereka mengistilahkan SoL membuat Baper (bawa perasaan). Tetapi umumnya mereka senang bisa mengenal Pater Dehon dan semangatnya. Mereka mengharapkan ada kelanjutan atas kegiatan ini.

Elni Indrawati mengatakan, “Terima kasih untuk Hati Kudus Yesus yang mampu mengajak, mengajari, dan menyatukan kita menjadi orang muda katolik yang terpanggil untuk berbagi belas kasihan, dan cinta kasih.”

Tak berbeda jauh dengan Elni, Dian Dacosta mengungkapkan kegembiraannya, “Terima Kasih telah mengajarkan kami tentang arti cinta, siap sedia dan rela berkorban ala Pater Dehon. Semoga kami dapat mengaplikasikannya di dalam kehidupan kami sehari-hari. Bagi kalian Orang Muda Katolik yang sekarang kepengin ngebentuk karakter diri kalian dan kepengen tau siapa sih diri kalian sebenarnya, kalian bisa ikutan School of Loresa Part 2…  Dijamin, kalian bakalan Baper kayak aku… Bapernya dalam hal positif dong tentunya… Salam LoReSa.”

Pengalaman Elni dan lainnya menegaskan bahwa kekayaan spiritualitas Pater Dehon sungguh luar biasa.  Ada yang mengatakan Loresa itu dapat mempersatukan. Seperti kata Iyan Panjaitan, “Semua karna * # loresa… yang berbeda paroki, provinsi yang jauh di sana bergabung jadi satu keluarga.”

Kesan lain dari buah pertemuan ini disampaikan oleh Bebeth sapaan akrab dari Elizabeth Simanjuntak, “Jangan bangga jadi OMK yang aktif, kalau ada ACARA BESAR lalu setelah itu hilang ditelan badai. Banggalah jadi OMK yang selalu mencintai gereja dan sesamanya. Siap sedia akan tugas dan resiko pelayanannya serta rela berkorban demi sesamanya.”

Semangat Loresa macam ini dibutuhkan, agar OMK tetap terlibat dalam karya Gereja.

Salam Loresa.

 

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here