Hari Biasa
warna liturgi Hijau
Bacaan
1Kor. 1:17-25; Mzm. 33:1-2,4-5,10ab,11; Mat. 25:1-13. BcO 1Tim. 3:1-16
Bacaan Injil: Mat. 25:1-13.
1 “Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. 2 Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. 3 Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, 4 sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka. 5 Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur. 6 Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia! 7 Gadis-gadis itupun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka. 8 Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam. 9 Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ. 10 Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup. 11 Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu! 12 Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu. 13 Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.”
Renungan:
SUATU kali saya bertemu dengan beberapa orang di daerah tertentu. Daerah itu sering mengalami konflik dalam kurun waktu tertentu. Dan mereka ini pun sering menjadi korbannya. Saya bertanya kepada mereka, “Kalian tidak takut tinggal di daerah ini? Kalau ada konflik kan seringkali rumah dan harta anda dibakar?” Mereka pun menjawab, “Tidak Rama. Karena sering terjadi seperti itu maka yang kami tampakkan sebagai milik kami hanya 30% dari yang kami miliki. Sehingga kalau konflik itu terjadi kami bisa segera bangkit lagi.”
Kisah itu mengingatkan saya pada gadis-gadis bijaksana. “gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka” (Mat 25:4). Gadis-gadis bijaksana membawa cadangan minyak sebagai persediaan kalau-kalau mempelai tidak segera datang.
Rasanya kita bisa belajar dari kisah di Injil dan cerita singkat di atas. Bagaimanapun kita perlu menyiapkan cadangan dalam hidup kita. Sewaktu-waktu terjadi sesuatu maka kita pun siap bangkit lagi.
Kontemplasi:
Pejamkan sejenak matamu. Lihatlah persiapan dan cadangan apa yang kaumiliki untuk menghadapi situasi tak terduga.
Refleksi:
Apa yang perlu kaulakukan agar bisa menyiapkan “minyak cadangan dalam buli-buli” hidupmu?
Doa:
Tuhan banyak situasi yang tak terduga yang mungkin kualami. Semoga aku mempunyai cadangan yang bisa kugunakan kala hal tersebut terjadi. Amin.
Perutusan:
Aku akan menyiapkan “minyak cadangan” untuk hidupku. -nasp-
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)