Hari Biasa
warna liturgi Hijau
Bacaan
Pkh. 3:1-11; Mzm. 144:1a,2abc,3-4; Luk. 9:18-22. BcO Tb. 7:1,8b-17; 8:5-13
Bacaan Injil: Luk. 9:18-22.
18 Pada suatu kali ketika Yesus berdoa seorang diri, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Lalu Ia bertanya kepada mereka: “Kata orang banyak, siapakah Aku ini?” 19 Jawab mereka: “Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit.” 20 Yesus bertanya kepada mereka: “Menurut kamu, siapakah Aku ini?” Jawab Petrus: “Mesias dari Allah.” 21 Lalu Yesus melarang mereka dengan keras, supaya mereka jangan memberitahukan hal itu kepada siapapun. 22 Dan Yesus berkata: “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.”
Renungan:
DALAM beberapa minggu ini kita mendengar berita tentang keributan rumah tangga seorang motivator terkenal. Anak dari isteri pertama meradang karena tidak diakui sebagai anak. Ia pun membuka itu dalam suatu acara. Anak itu menegaskan bahwa dirinya adalah anak sang motivator tersebut. Sang motivator pun menantang untuk dilakukan tes DNA. Tantangan itu ditanggapi positif oleh si anak.
Yesus pun mencari ketegasan pengenalan akan diri-Nya pada para murid. Ia bertanya, “Kata orang banyak, siapakah Aku ini?” (Luk 9:18). Ia pun menegaskan lagi pertanyaan-Nya, “Menurut kamu, siapakah Aku ini? (Luk 9:20). Ia melihat sejauh mana orang-orang dan khususnya para murid mengenal diri-Nya. Pengenalan ini menjadi penting bagi pembinaan selanjutnya.
Status anak, status diri, pengenalan orang atas diri kita akan menentukan langkah-langkah kehidupan kita selanjutnya. Maka rasanya penting bagi kita untuk memperkenalkan diri kita dan membuat diri kita dikenal. Dengan begitu kita pun bisa mempunyai sikap dan tindakan yang tepat. Maka marilah kita hadir dalam dunia kita. Berikan kesempatan pada orang untuk mengenal kita.
Kontemplasi:
Duduklah dengan tenang. Bayangkan dirimu bersama orang-orang. Tanyakan kepada mereka siapa dirimu di hadapan mereka.
Refleksi:
Sejauh mana dirimu dikenal?
Doa:
Tuhan semoga aku bisa hadir di hadapan sesamaku. Semoga mereka pun mengenal aku dan aku bisa bersikap dan bertindak dengan benar. Amin.
Perutusan:
Aku akan hadir di antara sesamaku dan membiarkan diriku dikenal dengan baik. -nasp-
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)