Peringatan Wajib
St. Ignatius dr Antiokhia
warna liturgi Merah
Bacaan
Ef. 2:1-10; Mzm. 100:2,3,4,5; Luk. 12: 13-21. BcO Sir. 27:22-28:7
Bacaan Injil: Luk. 12: 13-21.
13 Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: “Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku.” 14 Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?” 15 Kata-Nya lagi kepada mereka: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.” 16 Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: “Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. 17 Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. 18 Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. 19 Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! 20 Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? 21 Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.”
Renungan:
SUATU kali saya bertemu dengan orang yang pintar. Nilai-nilai akademisnya selalu bagus. Setiap kali selesai ujian dia selalu mendapat pujian. Tapi teman-temannya pada malas belajar dengan dia. Setiap kali mereka meminta pembelajaran darinya ditolak. Maka makin hari tidak ada orang yang mau belajar bersama dia. Ia cerdas dan pintar, namun sendirian.
Ada banyak juga orang yang mengumpulkan segala sesuatu untuk dirinya sendiri. Yang ada di pikirannya adalah menumpuk hartanya sebanyak-banyaknya. Ia suka mengumpulkan namun sulit untuk berbagi. Ketika ada yang meminta ia akan selalu berusaha menyembunyikan dan menghindari.
Kiranya sikap-sikap di atas tidak selaras dengan kehendak Tuhan. Kepintaran dan kekayaan yang kita miliki adalah rahmat Tuhan yang layak untuk dibagi-bagikan, khususnya pada mereka yang membutuhkan pertolongan. Ketika kita murah hati maka Tuhan pun akan mengalirkan rahmat melebihi perkiraan kita.
Kontemplasi:
Duduklah dengan tenang. Lihatlah bagaimana sikapmu dengan semua rahmat yang kauterima dari Tuhan.
Refleksi:
Bagaimana membangun semangat berbagi dalam hidup ini?
Doa:
Tuhan banyak rahmat-Mu telah kuperoleh. Semoga aku pun bermurah hati sebagaimana Engkau murah hati kepadaku. Amin.
Perutusan:
Aku akan membangun sikap murah hati dan bukan mengumpulkan untuk diri sendiri. -nasp-
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)