DALAM rangka penguatan toleransi, kebangsaan dan semangat kebhinekaan, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bersama dengan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) menyelenggarakan Silaturahmi Kebangsaan untuk Merawat Kebhinnekaan dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di Semarang. Silaturahmi ini mengambil tema “Memaknai Konstruksi Kebhinnekaan dan NKRI Berbasis Kedewasaan Beragama dan Berkeyakinan. Yang dundang sebagai peserta adalah perwakilan organisasi keagamaan, entitas kebangsaan, OKP, dan tokoh masyarakat, sedikitnya 100 orang hadir.
Ada pun yang menjadi narasumber adalah KH Ahmad Daroji (Ketua MUI Jateng), Inspektur Jenderal Polisi Condro Kirono (Kapolda Jateng), Prof Dr. Mudjahirin Tohir (Ketua FKUB Jateng) dan H. Ahyani (Kemenag Jateng).
Semula, KH A Mustofa Bisri (dikenal Gus Mus) juga berkenan menjadi narasumber. Namun karena Senin pagi mendapat kabar duka bahwa Kiai Nafis Misbah Mustofa – adik misanan beliau – dipanggil Tuhan, maka beliau batal hadir. Pagi-pagi Gus Mus mengirim pesan via WA memohon maaf dan pamit tidak bisa hadir berhubung dipanggilnya Kiai Nafis Misbah Mustofa Senin pagi.
Silaturahmi Kebangsaan yang dibuka oleh Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah.
Saya sebagai Wakil Ketua FKUB Jateng dan Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang diminta menjadi moderator. Selain memberi kesempatan kepada para narasumber, saya juga mempersilahkan kepada Pak Heru Sudjatmoko, Wagub Jateng, yang juga menjadi penasihat FKUB, menyampaikan masukan dan gagasan terkait dengan tema. Baru sesudah itu dibuka ruang dan kesempatan bagi hadirin menyampaikan tanggapan.
Rekomendasi
Hasil dari dialog silaturahmi tersebut dirumuskan sebagai suatu rekomenasi yang dibacakan oleh Abu Rokhmad, salah satu anggota FKUB Jateng. Berikut ini rekomendasi yang dirumuskan berdasarkan benang merah gagasan dari para narasumber.
Menyikapi situasi dan kondisi mutakhir bangsa Indonesia, antara lain ditandai dengan: Pikiran, sikap dan perilaku tidak menghormati kebhinekaan, Pancasila, NKRI, dan UUD Negara Republik Indonesia. Masyarakat pengguna media sosial hendaknya lebih bijaksana, sopan dan produktif dalam memanfaatkan media ini demi ketertiban dan kerukunan.
Kami FKUB Provinsi Jawa Tengah merekomendasikan:
- Pertama, memberdayakan dan merangkul seluruh komponen bangsa dari berbagai agama, suku dan golongan sebagai perekat, perawat dan penjaga Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945.
- Kedua, mewaspadai tantangan dari dalam (internal) dan luar (eksternal) yang dapat mengganggu Pancasila, Bhineka Tunggal ika, NKRI, dan UUD 1945.
- Ketiga, media hendaknya lebih bertanggungjawab dalam pemberitaan, mencerahkan dan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya merawat kebangsaan, moral dan nilai-nilai Pancasila.
- Keempat, pertemuan dialog seperti ini hendaknya diintensifkan dan dilakukan secara periodik di semua tingkatan, termasuk di tingkat nasional, untuk menghindari kesenjangan informasi dan menumbuhkan empati serta rasa memiliki bangsa Indonesia.
Mengakhiri rangkaian dialog dan Silaturahmi Kebangsaan tersebut, sebagai moderator saya mengatakan, “Tadi Pak Ganjar menyebut pengalaman Gus Mus yang memaafkan Pandu Wijaya yang melalui medsos menyatakan hal-hal yang buruk dan tidak sopan kepadanya. Saya sendiri, sebagai seorang pastor Katolik, setiap kali berjumpa dan melihat Gus Mus selalu mengalami Islam sebagai rahmatan lil alamin”
Kalimat tersebut mendapat aplaus dari para peserta dan begitulah Silaturahmi Kebangsaan itu ditutup dan diakhiri.