Paroki Wedi – Klaten: Misa Peringatan Hari Ibu Membuat Umat Terharu

0
428 views
Romo Andriaus Maradiyo Pr, (Laurentius Sukamta)

MISA harian pagi di Gereja Santa Perawan Maria Bunda Kristus Wedi, Kabupaten Klaten pada hari Kamis (22/12/2016) sangat menyentuh perasaan umat. Misa harian yang bertepatan dengan Peringatan Hari Ibu ini dipimpin oleh Rama Andrianus Maradiyo.

Bacaan kitab suci pada hari itu diambil dari 1 Samuel 1:24-28 dan Injil Lukas 1:46-56 juga terasa pas.

“Momen kali ini terasa sangat baik. Sangat pas. Saat kita memperingati Hari Ibu, bacaan kitab suci-nya juga menceritakan tentang ibu, yakni Hana dan Bunda Maria,” kata rama.

Rama Maradiyo menceritakan, Hana adalah seorang perempuan yang sudah lama menikah, tetapi belum juga diberi anak. Karena ia meminta kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh, maka Hana pun lalu bisa mengandung dikaruniai anak. Sebagai ungkapan syukurnya kepada Tuhan, maka ia pun mempersembahkan anaknya yakni Samuel kepada Tuhan.

“Begitu pula Bunda Maria.  Bunda Maria bergembira dan bersyukur karena menjadi perantara bagi kelahiran Yesus. Maka ia pun memuliakan Tuhan melalui nyanyian pujian, atau yang dikenal dengan Magnificat. Maka kita diajak belajar dari dua perempuan sederhana yang dipakai Tuhan untuk terlibat dalam karya penyelamatan Allah ini,” ujar rama.

Rama asal Paroki Girisonta Semarang ini menyatakan, meski tidak belajar secara akademis, sosok ibu diyakini lebih ‘cerdas’ dari seorang profesor. “Ibu bisa mengelola keuangan keluarga dengan baik, meski tidak belajar ilmu ekonomi atau akuntansi. Ibu tahu dan bisa mengobati anaknya yang sedang sakit, meski tidak belajar ilmu kesehatan. Ibu tahu karakter dan kejiwaan anaknya, meski tidak belajar ilmu psikologi,” ucap rama.

Mendoakan ibu

Pada misa yang dimulai pukul 05.15 ini, Rama Maradiyo mengajak umat yang hadir untuk mendoakan ibunya masing-masing. “Bagi yang sudah tidak mempunyai ibu, mari kita doakan ibu kita. Dan bagi yang masih mempunyai ibu, mari kita berbakti kepadanya,” ajak rama.

Usai menerima komuni, umat diajak berdoa Salam Maria tiga kali untuk mendoakan para ibu. Dan saat ritus penutup, organis Prasetyo mengajak umat untuk menyanyikan lagu Kasih Ibu secara spontan. Padahal selama ini, lagu penutup tidak pernah dinyanyikan dalam misa pagi di Gereja Wedi.

Lagu Kasih Ibu ini membuat sebagian umat terharu. Bahkan, sampai ada umat yang menitikkan air mata. Mungkin, mereka teringat pada ibunya yang telah tiada. Sungguh, Misa pagi yang mengesan dan menyentuh perasaan.

Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi, tak harap kembali. Bagai sang surya menyinari dunia…

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here