Karena Sekolah Minggu, Saya Jadi Katolik dan Suster di Biara Rubiah Karmel “Flos Carmeli” Batu

0
2,121 views
Para suster rubiah karmel di Biara "flos Carmeli" di Batu, Jatim, tengah melakukan ritual ibadat pagi usai misa pagi harian. (Mathias Hariyadi)

SAYA lahir dari keluarga bukan katolik. Saya anak keempat dari lima bersaudara. Bukan suatu kebetulan ayah saya senang berorganisasi, jadi itu juga memberi kebebasan kepada anak-anaknya untuk berorganisasi.

Suatu saat, saya diajak oleh tetangga datang mengikuti program acara Sekolah Minggu di Gereja Katolik Kristus Raja Surabaya. Pada saat itu,  saya masih duduk di kelas 1 SD. Maka, pertimbangan saya yang masih dikatakan anak-anak itu tak lain seperti ini: daripada kerja terus membantu orang tua (catering) dan hari Minggu saya libur sekolah, ya lebih baik datang saja mengikuti Sekolah Minggu.

Saya tekun, rajin, dan aktif ikut Sekolah Minggu. Saya senang karena memiliki banyak teman, dan mendengarkan banyak dongeng tentang siapa itu Tuhan Yesus dan karya-karya-Nya. Makin hari dari tahun ke tahun saya makin tertarik untuk lebih mengenal siapa Yesus dan mengikuti-Nya.

Izin baptis ditolak

Maka tibalah saat saya dinyatakan boleh dibaptis, karena saya sudah mengumpulkan banyak gambar sebagai hadiah mendapat nilai bagus saat ulangan/tes sebagai prasyarat untuk boleh baptis. Saya memberanikan diri untuk izin pada ayah ternyata ditolak.

Terpaksa saya kembali ikut pelajaran lagi tahun depan sampai mendapat izin. Namun ternyata izin itu tetap tidak saya dapatkan.

Tuhan begitu baik dan mengetahui kerinduan anakNya, akhirnya  melalui seorang romo pembimbing Sekolah Minggu, saya diberi izin untuk baptis walau tidak ada izin dari orang tua. Romo berani bertanggung jawab akan iman saya. Saya atur siasat dengan romo, saya diberi surat keterangan untuk izin ke sekolah.

Tibalah pada hari H-nya, saya dibaptis. Jumat, 9 September1976, saya berangkat ke sekolah seperti biasa diantar oleh ayah. Sampai di sekolah dan setelah ayah  pergi, saya menghadap ke guru kelas dan kepala sekolah untuk menyampaikan surat izin dari romo.

Sekolah saya juga bukan sekolah katolik, namun bisa memahami dan mengabulkan permintaan izin saya. Saya langsung berganti rok bawahan warna putih karena seragam saya putih biru, setelah itu saya naik becak ke gereja untuk baptis.

Setelah upacara pembaptisan usai, saya kembali ke sekolah untuk menyerahkan agenda dan mohon tanda tangan dari guru kelas saya seperti biasa, lalu menunggu jemputan ayah.

Bukan main gembira dan terharu sekali akhirnya saya boleh menerima Sakramen Baptis yang sekian lama saya rindukan. Tuhan boleh tinggal dalam hati saya, dan saya berjanji akan tetap memelihara sampai akhir hidup saya.

Kini saya boleh tetap mengimani dan memelihara cinta Yesus dalam diri saya dan sesama, melalui penghayatan hidup membiara di Biara Rubiah Karmel Flos Carmeli Batu.

Dengan cara dan corak hidup yang dikatakan aneh oleh masyarakat pada umumnya, yaitu hidup kontemplatif, hidup dalam kesunyian untuk senantiasa menggapai Sang Cinta sendiri.

Tanpa terasa kini sudah berjalan 27 tahun, hidup dengan doa dan korban untuk Gereja dan dunia.Semoga tetap setia sampai akhir hidup saya.

31 Januari 2017

Sr. M. Brigitta, O.Carm

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here