Hari biasa
warna liturgi Hijau
Bacaan
Sir. 6:5-17; Mzm. 119:12,16,18,27,34,35; Mrk. 10:1-12. BcO1Kor 12:21-13:13
Bacaan Injil: Mrk. 10:1-12.
1 Dari situ Yesus berangkat ke daerah Yudea dan ke daerah seberang sungai Yordan dan di situpun orang banyak datang mengerumuni Dia; dan seperti biasa Ia mengajar mereka pula. 2 Maka datanglah orang-orang Farisi, dan untuk mencobai Yesus mereka bertanya kepada-Nya: “Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan isterinya?” 3 Tetapi jawab-Nya kepada mereka: “Apa perintah Musa kepada kamu?” 4 Jawab mereka: “Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai.” 5 Lalu kata Yesus kepada mereka: “Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu. 6 Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, 7 sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, 8 sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. 9 Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” 10 Ketika mereka sudah di rumah, murid-murid itu bertanya pula kepada Yesus tentang hal itu. 11 Lalu kata-Nya kepada mereka: “Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu. 12 Dan jika si isteri menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zinah.”
Renungan
KASUS perpisahan suami isteri kiranya cukup banyak kita jumpai sekarang ini. Banyak pula alasan yang melatarbelakanginya. Ada karena kehadiran orang lain. Ada karena kekerasan dalam rumah tangga. Ada karena sifat-sifat yang tak bisa tertemukan. Dan mungkin masih banyak lagi sebabnya. Indahnya ikatan di awal terurai oleh aneka persoalan yang menghimpit.
Tuhan mengingatkan, “apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Mrk 10:9). Tuhan menghadapi situasi dan tuntutan perpisahan pada masanya. Bahkan sejak jaman Musa. Dan Tuhan tetap mengingatkan apa kehendak Tuhan. Ia menghendaki keutuhan suami isteri karena mereka telah diikat oleh Allah.
Namun faktanya sekarang ini ada banyak orang telah berpisah. Tentu mereka tidak pernah berharap itu akan terjadi. Situasi tertentu yang membuat itu terjadi. Mereka pun tidak mudah melalui semua itu. Kiranya kita tidak bisa serta merta menghakimi mereka. Namun justru dibutuhkan empati yang menguatkan bagi peziarahan hidup mereka. Kita percaya Tuhan tetap menjaga mereka yang mengandalkannya.
Kontemplasi
Bayangkan keluargamu. Temukan hal-hal yang bisa membahayakan. Temukan cara-cara mengatasinya.
Refleksi
Bagaimana mengatasi hal-hal yang mungkin meretakkan relasi keluargamu?
Doa
Tuhan berkatilah pasangan suami isteri. Semoga mereka selalu bisa menemukan perekat keutuhan rumah tangga mereka. Amin.
Perutusan
Aku akan berdoa bagi keluarga-keluarga, khususnya keluarga yang lagi ada masalah. -nasp-
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)