Perayaan wajib Santo Vinsensius de Paul.
Za 8:20-23; Luk 9:51-56. ”Yesus berpaling dan menegur mereka”
Hari Minggu kemarin, kita semua dikejutkan dengan diledakkannya bom bunuh diri di GBI Kepunton, Solo. Memang semua orang menyesali dan mengutuk kejadian tersebut. Tetapi banyak juga orang-orang yang membuat status di Facebook seperti: “Ya Tuhan ampunilah dosa-dosanya karena dia tidak tahu apa yang dia lakukan”.
Respon yang sangat menyejukan dan memang merupakan respon yang sama yang dilakukan Yesus ketika Yakobus dan Yohanes marah karena mereka tidak diterima di Samaria. Atas amarah dan reaksi mereka Yesus berpaling dan menegor mereka. Itu pula-lah yang akan Yesus lakukan ketika kita ingin membalas kekerasan dengan kekerasan.
Kekerasan tidak seharusnya dibalas dengan kekerasan. Untuk memadamkan api bukan dengan api, melainkan dengan air. Prinsip kehidupan seperti itulah yang hendak dipraktikkan Yakobus dan Yohanes terhadap orang-orang Samaria yang dianggap menghambat dan menghalangi perjalanan Yesus menuju Yerusalem.
Orang-orang Samaria menolak kehadiran Yesus yang mau melewati desa mereka. Yakobus dan Yohanes bermaksud membalas perbuatan orang-orang Samaria tersebut. Namun, Yesus tidak menyetujui tindakan mereka, bahkan Yesus menegur mereka. Yesus tidak pernah memperbolehkan para murid-Nya menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan persoalan. Dalam situasi yang sesulit apa pun, para murid harus tetap mengedepankan kasih dan kelembutan.
Penolakan merupakan salah satu pengalaman yang menyakitkan kehidupan kita. Pengalaman ditolak dapat membuat kita kecewa, marah, dan benci. Meski demikian, pengalaman pahit seperti itu tidak boleh melunturkan kebaikan hati kita. Penolakan hendaknya kita terima sebagai ujian atas iman kita. Mengikuti Yesus berarti mengikuti penderitaan dan kematian-Nya. Kita tidak boleh membalas kejahatan dengan kekerasan.
Ya Tuhan Yesus, Engkau tidak mengizinkanku membalas kejahatan dengan kekerasan, melainkan dengan kasih. Untuk itu, aku mohon lembutkanlah hatiku. Amin