RAGAM kegiatan telah dilakukan oleh Kelompok Peduli Keutuhan Ciptaan untuk pemberdayaan masyarakat . Kegiatan yang diawali dengan pertemuan seminar tiga hari tentang Keutuhan Ciptaan pada tahun 2013 silam dan dihadiri oleh perwakilan dari setiap Paroki di Keuskupan Ketapang akhirnya menampakkan hasil.
Lilin-lilin kecil yang telah disebar di paroki-paroki, mulai menampakkan api dan siap untuk menerangi orang-orang di sekitarnya.
Adapun kelompok yang terlibat aktif dalam gerakan ini dan secara khusus menjadi binaan seperti Kelompok binaan di Balai Semandang bernama Kelompok Tani Sedayang Soju yang diketuai oleh Antonius Sotorman, mantan Ketua Pengurus Credit Union (CU) Semandang Jaya yang kini telah mengukuhkan dirinya sebagai seorang petani profesional di bidang agro organik ratio. Kelompok tani ini juga tergabung dalam keanggotaaan CU Semandang Jaya.
Balai Semandang terletak di Kecamatan Simpang Hulu, berjarak kurang lebih 300 km ke utara dari pusat kota Ketapang. Penduduk mayoritasnya adalah suku Dayak, dengan pekerjaan tetap 70% -80% adalah sebagai petani.
Keberadaan Kelompok Tani Dayang Soju ini akhirnya sedikit banyak memberi dampak positif pada perubahan masyarakat sekitar tentang
- Pola pendidikan hidup sehat
Masyarakat menjadi lebih suka mengkonsumsi sayur-sayuran (sawi kampung atau sensabi, pucuk daun timun, buah timun, terong madu lokal, cabe) yang ditanam dengan sistem organik ratio. Keberadaan sayur-sayuran yang ditanam dengan sistem organik ratio ini jelas lebih segar, bebas dari bahan kimia, sayurnya lebih lembut, buah pada mentimun dirasa tidak kelat, cabe rawit lebih pedas dan besar.
- Peningkatan ekonomi keluarga
Keluarga-keluarga menjadi lebih tertantang untuk memproduksi sayur-sayuran dengan tujuan untuk dijual, dari semula yang hanya untuk memenuhi konsumsi sendiri, menjadi bernilai jual.
- Kemandirian dan restorasi bibit lokal
Penggunaan bibit dari luar semakin diminimalisir dengan adanya restorasi bibit lokal. Bibit yang sudah aklimat dengan kondisi tanah setempat serta tahan dengan cuaca ekstrim ini dikembangkan dengan sistem Organik Ratio.
Dengan kata lain, Kelompok Keutuhan Ciptaan Borneo berkonsentrasi penuh dalam pengolahan sampah atau limbah organik untuk dijadikan pupuk berkonsep organik terpadu. Juga untuk mengajak semua orang dapat memanfaatkan lahan pekarangan sekitar untuk dijadikan kebun keluarga dalam pemenuhan makanan yang sehat serta membantu penambahan pendapatan keluarga, berkaca dari harga cabe rawit yang harganya mencapai Rp 150-200 ribu/kg. Tidak hanya cabe, tetapi ada juga tanaman lain seperti timun, pare dan tomat serta terong.
Adapun sebagai motor (penggerak) dari kelompok ini adalah Cornelius Wiji, Gregorius D atau (Greg), Fransiskus Doni dan Agung.
Kelompok Peduli Keutuhan Ciptaan Borneo merupakan kelompok yang berdiri sendiri dan sebagai penasehat dari kelompok Peduli Keutuhan Ciptaan Borneo adalah Mgr. Pius Riana Prapdi, Uskup Ketapang. Sedangkan penasehat dan dewan pakar adalah bapak Djoko Murwono.
Memiliki Visi dan Misi dan Bersyukur atas Keutuhan Ciptaan Allah yang ada dengan cara menjaga, memperbaiki, dan memanfaatkannya sebijaksana mungkin. Dengan kata lain, kelompok ini terbentuk untuk ikut serta melestarikan dan memperhatikan Lingkungan Hidup, lingkungan sekitar sebagai bentuk komitmen terhadap Keutuhan Ciptaan di bumi Borneo.
Selain pertanian, kelompok ini juga sedang merancang konsep untuk pengelolaan limbah dari sisa-sisa makanan untuk dijadikan kompos.
Kompos yang dimaksud digunakan sebagai pupuk pertanian masyarakat.
Tidak hanya itu, kepedulian terhadap kearifan budaya dan tradisi lokal salah satunya, Budaya berladang masyarakat dayak pada dasarnya yang boleh dikata memiliki arti untuk kelestarian lingkungan. Dengan berladang, tidak hanya berladang tetapi juga menanam. Menanam yang dimaksud tidak hanya menanam padi tetapi menanam bibit kayu-kayu endemik seperti kayu ulin dan bengkirai serta bibit tanaman buah. Dengan demikian, Kelompok Keutuhan Ciptaan Borneo pendampingan secara berkala pada suatu komunitas yang dimaksud.
Sebagai ketua Kelompok Keutuhan Ciptaan Borneo, Cornelius Wiji Wirahasdi mengumpamakan, Yesus Kristus hadir di dunia bukanlah sebagai orang tinggi ataupun pejabat terhormat. Namun Ia hadir dalam wujud manusia akar rumput dimana Ia turut merasakan rasa lapar dan harus berbagi makanan dengan manusia lainnnya dalam misi-Nya untuk mewartakan Kasih Abadi.
Yesus berbagi makanan bukan karena Yesus memiliki banyak makanan, namun karena memiliki keyakinan yang teguh bahwa apa yang diminta kepada Allah Bapa akan diberikan kepadaNya untuk menyatakan kepada semua orang bahwa Allah Bapa selalu menyertai setiap kehidupan manusia dan manusia diberi makanan oleh-Nya karena manusia sendiri memerlukan karya kasih berupa makanan untuk memuliakan Allah Bapa di Surga. Rasa ingin berbagi makanan kepada sesama tersebutlah yang melandasi terbentuknya kelompok ini.
Lebih lanjut pria yang sehari-hari disapa Wiji menegaskan, makanan yang dimaksud bukanlah makanan dalam bentuk fisik yang dapat kami bagikan tetapi salah satu alternatif dalam meraih makanan tersebut terlebih harus disadari penuh apa yang sudah dan akan diperoleh nantinya semua karena Kasih Allah Bapa melalui Karya Keselamatan Yesus Kristus, Sang Guru dan Sahabat Sejati.