Lambang Keuskupan Sintang dengan Uskupnya Mgr. Samuel Oton Sidin OFMCap

0
1,258 views
Lambang baru Keuskupan Sintang di bawah Mgr. Samuel Oton Sidin OFMCap

PADA hari Rabu tanggal 22 Maret 2017 lusa akan berlangsung perayaan ekaristi istimewa tahbisan episkopal Uskup baru untuk Keuskupan Sintang: Mgr. Samuel Oton Sidin OFMCap di Stadion Baning Sintang. Akan bertindak sebagai Uskup Penahbis adalah Mgr. Agustinus Agus (Uskup Agung Keuskupan Pontianak) bersama dua uskup tetangga Keuskupan Sintang yakni Mgr. Pius Riana Prapdi (Keuskupan Ketapang) dan Mgr. Giulio Mencuccini CP (Keuskupan Sanggau).

Ketiga uskup ini berkarya di Provinsi Kalimantan Barat.

Baca juga: 

Sebagai uskup baru di Keuskupan Sintang  di Provinsi Kalbar, Mgr. Samuel Oton Siddin OFMCap mengadopsi motto penggembalaan yakni Non Ego, sed Christus in Me.

Teks pendek berbahasa Latin ini berarti “Bukan Aku, melainkan Kristuslah yang hidup di dalam diriku” . Ini adalah sebuah teks yang diambil dari Surat St. Paulus kepada Umat di Galatia (Gal 2:20) yang lengkapnya berbunyi “… namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan  Kristus yang hidup di dalam aku .”

Lambang Keuskupan Sintang

Sebagai uskup baru di Keuskupan Sintang (Kalbar), Mgr. Samuel Oton Sidin OFMCap juga mengadopsi lambang keuskupan yang baru. Layaknya seorang gembala baru di wilayah teritorialnya dengan cirikhas budaya dan tata nilai lokal, maka lambang baru Keuskupan Sintang juga mengadopsi beberapa unsur local genius.

Lambang Keuskupan Sintang yang baru ini berformat sebuah gambar  perisai yang dibagi menjadi tiga bagian: satu di bagian atas dan dua di bagian bawah.

Bagian atas melambangkan anasir Ordo Fratrum Minorum Capuccionorum (Ordo Fransiskan Kapusin/OFMCap).  Anasir khas Fransiskan itu berupa lengan Yesus yang di telapak tangannya ada bekas luka karena dipaku di atas kayu salib. Lalu juga ada gambar lengan St St. Fransiskus Assisi disertai tanda stigmata  di telapak tangannya. Kedua anasir lambang khas Fransiskan ini mengisi ruang bagian atas dengan pondasi warna dasar putih. Ada lambang salib kayu  yang mengambil posisi persis di tengah di antara kedua lengan tersebut.

Sementara, kedua ruang bawah berisi dengan burung rangkong atau enggang badak yang merupakan  satwa khas di hutan Borneo (Kalimantan). Laporan Majalah Hidup edisi terakhir menyebutkan, satwa khas di hutan belantara Kalimantan ini akrab disebut burung tingang menurut bahasa Dayak setempat. Burung tingang ini  sangat dihormati dan kehidupannya sangat disucikan oleh masyarakat lokal Dayak dimana Mgr. Samuel lahir.

Ruang satunya berisi gambar perisai dengan warna dominan biru disertai mahkota ratu dengan kelir kuning emas disertai tiga sayap malaikat.  Lambang ini mengacu pada Ordo Kapusin Pontianak, tarekat religius darimana Mgr. Samuel Oton Sidin OFMCap sebelumnya berasal dan telah menjadi anggotanya beberapa puluh tahun lamanya. Sementara, mahkota ratu itu melambangkan Santa Maria dan ketiga sayap itu merupakan simbol para malaikat.

Ordo Kapusin Provinsi Pontianak (www.kapusin.pontianak.org) memakai Bunda Maria Ratu Para Malaikat sebagai patron-nya.

Galero: topi khas para pastor

Di bagian atas perisai terdapat gambar galero atau topi khas para klerus yakni orang-orang yang telah ‘mendedikasikan’ hidup dan karyanya untuk Tuhan melalui Gereja-Nya. Galero ini mengambil dominasi warna hijau disertai rumbai-rumbai berjumlah enam buah. Galero ini berdiri tegak di atas sebuah tiang pancang yang merupakan tongkat kegembalaan Uskup.

Adapun  sang  ‘pemilik’ galero berjumbai enam dan tongkat kegembalaan  ini adalah Uskup baru Keuskupan Sintang: Mgr. Samuel Oton Sidin OFMCap yang sebelumnya adalah Pastor Kepala Gereja Katolik St. Fransiskus Assisi di Tebet, Jakarta Selatan.

Baca juga:

Sumber: Majalah Hidup edisi 19 Maret 2017.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here