SAAT memberi sambutan perdananya sebagai Uskup Keuskupan Sintang, Mgr. Samuel Oton Sidin OFMCap lantas ingat sosok anak kecil bernama sama seperti dirinya –Samuel- sebagaimana muncul di Kitab Suci.
Dalam Kitab 1 Samuel 1:20 tertulis nas sebagai berikut: “ Ia menamai anak itu Samuel,sebab katanya: “Aku telah memintanya daripada Tuhan. Adapun Samuel menjadi pelayan di hadapan Tuhan; ia masih anak-anak, yang tubuhnya berlilitkan baju efod dari kain lenan…” dst.
Baca juga:
- Foto Tahbisan Episkopal Uskup Keuskupan Sintang Mgr. Samuel Oton Sidin OFMCap (4)
- Album Foto Misa Tahbisan Uskup Keuskupan Sintang: Mgr. Samuel Oton Sidin OFMCap (6)
Seperti Samuel kecil
Sepanjang meniti hidup panggilan sebagai religius terutama pada saat-saat terakhir ini, kata Mgr. Samuel Oton Sidin OFMCap menyapa ribuan orang usai misa penabisannya sebagai Uskup Keuskupan Sintang, ia lalu ingat dirinya seperti sosok muda bernama Samuel dalam Kitab Samuel tersebut.
Samuel kecil itu, jelas Monsinyur, dipanggil Tuhan dan tidak pernah mudeng dengan apa yang terjadi kepadanya hingga kemudian bertanya kepada Sang Guru bernama Eli. Samuel baru paham setelah menerima panggilan sebanyak tiga kali dan mendengarkan nasehat Sang Guru. “Saya seperti Samuel kecil itu,” begitu kurang lebih omongan Mgr. Samuel Oton Sidin OFM mengibaratkan dirinya sering tidak tahu akan kehendak Tuhan atas dirinya.
Lantas, ia juga merasa diri seperti Nabi Yeremia yang kepada Tuhan dengan jujur menyatakan dirinya tidak berbakat menjadi ‘alat’ di tangan Tuhan. Kepada Tuhan, Nabi Yeremia mengeluhkan dirinya tidak cakap bicara tetapi kok Tuhan memanggilnya menjadi ‘pewarta’.
Lalu, Mgr. Samuel Oton Sidin OFMCap juga mengibaratkan dirinya seperti seorang perwira yang punya hamba tengah sakit dan merasa tidak layak menerima kedatangan Yesus masuk ke rumahnya untuk menyembuhkan hambanya yang terbaring sakit.
Menyinggung motonya yang berbunyi “Non ego, sed Christus in me”, Mgr. Samuel Oton Sidin OFMCap menyitir teks pendek Surat Rasul St. Paulus kepada Umat di Galatia (Gal 2:20) yang lengkapnya berbunyi demikian: “… namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.”
Teks berbahasa Latin itu berarti: “Bukan Aku, melainkan Kristuslah yang hidup di dalam diriku.”
Sebagaimana orang kebanyakan, ia juga merasa dirinya tidak berdaya hidup dalam kedagingan manusia lama seperti apa yang terjadi dan dialami oleh Paulus (ketika dirinya masih bernama Saulus—Red.) sebagaimana kemudian direfleksikan dalam Suratnya kepada Umat di Galatia Gal 2:20. Namun, ketika Saulus telah berubah menjadi ‘manusia baru’ (dan kemudian mengadopsi nama baru sebagai Paulus—Red.), ia merasa dikuatkan, mengalami ‘kebangkitan rohani’ karena berkat dan kuasa Tuhan.
“Itulah sebabnya Paulus lalu berani mengatakan demikian: ‘Bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristuslah yang hidup di dalam diriku’,” kata Mgr. Samuel Oton Sidin OFM mengutip kata-kata Rasul Agung Santo Paulus.
Kiranya hanya Tuhanlah yang kemudian diandalkan daripada hal-hal lainnya. “Itulah harapan saya yakni bersandar hanya pada rahmat dan kekuatan Tuhan semata untuk bisa melaksanakan tugas dan pelayanan ini (sebagai Uskup Keuskupan Sintang –Red.),” tambahnya kemudian.
Kerjasama kodrati dan adikodrati
“Saya juga menyadari sebenar-benarnya akan kelemahan pribadi saya. Namun di lain pihak, saya juga percaya bahwa Tuhan sendirilah yang akan mencukupi dan menggenapi apa yang kurang dari saya. Itu karena Dia-lah yang telah hidup dalam diri saya dan ingin berkarya melalui diri saya sebagaimana saya ungkapkan dalam motto penggembalaan yakni ‘Non ego, sed Christus in me’,” tegasnya.
Tuhan yang sama pulalah yang dengan kekuatan dan kuasa Roh-Nya akan menjadikan dirinya bisa memanfaatkan secara maksimal semua talenta yang telah disemaikan di dalam dirinya.
Baca juga:
- Kepanasan dan Kelelahan, Uskup Jatuh Lemas Saat Misa Tahbisan Uskup Mgr. Samuel Oton Sidin OFMCap (2)
- Serangan Jantung Ringan, Mgr. Paskalis Bruno Dirawat dengan Observasi (5)
“Ini berarti ada kerjasama antara yang kodrati (natural, alamiah manusiawi—Red.) dengan karya ilahi yakni rahmat sehingga saya bisa dikuatkan untuk mewujudnyatakan tugas pelayanan ini dengan setulus-tulusnya secara bijaksana, rendah hati, tabah. Itu akan saya lakukan berdasarkan semangat Fransiskan Kapusin yang melatarbelakangi hidup rohani saya, sebagai orang asli Kalbar yang ingin merasuk masuk dengan seluruh dinamika hidup keseharian setiap umat di Keuskupan Sintang, bahkan dengan seluruh umat kebanyakan di Tanahair kita: nusa dan bangsa Indonesia yang kita cintai semua,” katanya.
Seperti Samuel dewasa
Di hadapan ribuan umat katolik, 28 Uskup, ratusan pastor dan suster serta bruder, Mgr. Ignatius Suharyo dalam kapasitasnya sebagai Ketua KWI dengan nada canda merespon isi pidato Mgr. Samuel Oton Sidin OFM, lagi-lagi juga dengan referensi Kitab Samuel. Sebagai pakar Kitab Suci sesuai karirnya sebagai dosen mata kuliah Sejarah Keselamatan, Mgr. Suharyo menyatakan bahwa Mgr. Samuel tidak perlu risau diri dengan sosok Samuel kecil yang baru bisa mejadi tahu akan maksud dan kehendak Tuhan setelah mendengarkan nasehat Bapa Guru Eli.
Baca juga: Lambang Keuskupan Sintang dengan Uskupnya Mgr. Samuel Oton Sidin OFMCap
Itu pun terjadi, kata Mgr. Suharyo, setelah Tuhan memanggilnya sampai tiga kali banyaknya. Tetapi, janganlah takut, karena Samuel kecil itu pun juga mulai beranjak besar dan menjadi dewasa pada akhirnya.
“Ketika sudah mulai besar dan akhirnya menjadi dewasa, maka Samuel yang sudah besar dan dewasa itu menjadi orang yang kapabel melakukan hal-hal yang dikehendaki Tuhan,” begitulah kurang lebih isi pidato Mgr. Ignatius Suharyo yang suka sering menyelipkan canda gurauan namun konten pesannya sangat serius.