Tanggapi Demo Anarkis, Gereja St. Clara Bekasi Katakan Punya IMB dan Bukan Liar

3
13,276 views
Suasana aksi demo menolak keberadaan Gereja Katolik Santa Clara di Bekasi Utara, Jumat tanggal 24 Maret 2017. (Ist)

PADA hari Jumat tanggal 24 Maret 2017 kemarin, kurang lebih sebanyak 1.000-an pendemo kembali datang menyambangi lokasi keberadaan projek pembangunan Gereja Katolik Santa Clara di Bekasi Utara, Jawa Barat. Seperti biasa, kelompok ini kembali menyuarakan penolakannya terhadap keberadaan bangunan Gereja Katolik St. Clara yang sampai hari ini proses pembangunannya baru mencapai 50% pembangunan struktur.

Semula, para peserta demo itu hanya berdiri atau duduk-duduk di badan jalan dan depan pintu gerbang lokasi gereja. Ada yang ngobrol sambil melakukan swafoto. Sesekali ada yang berpekik keras memuji nama Allah yang  segera ditimpali dengan pekikan yang sama oleh para anggota demo lainnya.

Namun, suasana yang sebelumnya kondusif  damai itu lalu dengan cepat berubah panas dan tegang ketika sebuah mobil bak terbuka warna hitam datang ke lokasi demo. Mobil ini datang membawa beberapa orator berikut alat-alat pelantang suara dan kemudian langsung merangsek masuk menuju gerbang kompleks diiringi sejumlah pendemo yang kebanyakan adalah remaja tanggung yang sambil berlari berteriak:  “Bakar…! Rusak..!’

Lalu mereka juga mulai melemparkan botol minuman dan benda keras lainnya ke arah polisi.

Menyebut Gereja St. Clara liar

Melihat keadaan mulai tidak terkendali dan massa mulai  bertindak anarkis, polisi lalu menembakkan gas airmata. Ketika dua atau tiga tembakan mulai dilepaskan, para demonstran pendemo itu mulai berlarian kocar-kacir menghindari gas yang langsung membuat mata perih dan susah bernafas.

Sambil menjauh dari lokasi lemparan gas airmata, para orator tetap terus berorasi menolak pembangunan Gereja Santa Clara dan mengecam tembakan gas air mata oleh polisi.

Di satu sisi, para orator dengan kasarnya menyebut Gereja Katolik Santa Clara sebagai gereja liar. Namun di sisi lain,  mereka juga meminta Pemkot Bekasi bersedia mencabut IMB gereja tersebut dengan alasan proses pemerolehannya diwarnai oleh rekayasa.

Mereka juga menyebut Walikota Bekasi Rachmat “Pepen” Effendi dan FKUB sebagai biang terbitnya IMB Gereja Katolik Santa Clara yang menurut pendapat mereka sepihak disebut tidak sesuai dengan prosedur. Tapi, para pendemo itu tidak pernah mau menjelaskan apa persisnya ketika mereka lantang menyebutkan prosedur ‘salah’ yang dimaksudkan itu.

“Kami tidak menolak kebhinnekaan. Yang kami tolak adalah caranya bisa mendapatkan IMB. Maka kami minta penghentian pembangunan sampai ada kejelasan izinnya,”  ungkap seorang orator pendemo.

Hal lain yang mereka utarakan di aksi demonstrasi kemarin, katanya, Gereja Katolik Santa Clara adalah gereja terbesar se-Asia Tenggara. Mereka juga menuduh Gereja Katolik St. Clara telah mendapat suntikan dana internasional. Karenanya, begitu klaim mereka secara sepihak, Gereja Katolik St. Clara tidak boleh berdiri di permukiman penduduk di tengah masyarakat masyarakat Bekasi Utara yang mayoritas beragama Islam.

Tanggapan pihak gereja

Menanggapi tudingan-tudingan liar dan sangat tidak berdasar tersebut, Pastor Paroki St, Clara Bekasi RP Raymundus Sianipar OFMCap mengatakan demikian. “Sangatlah pasti dan juga sangat meyakinkan bahwa Gereja Katolik St. Clara itu bukanlah masuk kategori bangunan gereja liar. Itu karena kami sudah memiliki izin resmi berupa IMB,” katanya menjawab pertanyaan penulis.

Aksi damai dalam sebuah acara karnaval di Bekasi. (Ist)

Ia lalu melanjutkan sebagai berikut.

“Proses pengurusan izin untuk bisa mendapatkan IMB itu telah kami lakukan melalui tahapan verifikasi berkali-kali dan melalui berbagai pihak berlapis-lapis. Bagaimana mungkin kami lalu dengan gampangnya dikatakan telah memanipulasi data dan kemudian bangunan Gereja Katolik St. Clara ini disebut bangunan liar?,” tanya Romo Ray retoris.

Ketua FKUB Kota Bekasi, Abdul Manan, juga mengatakan hal yang sama.

“Semua persyaratan telah lengkap dan juga berhasil dipenuhi dengan baik oleh pihak pengelola Gereja Santa Clara. Jadi tidak ada alasan menolak dengan terus-menerus mendemo keberadaan Gereja Katolik Santa Clara di Bekas Utara ini,” ujarnya menjawab penulis.

Bukan gereja terbesar di Asia Tenggara

Romo Ray juga menjelaskan bahwa juga sangat pasti bangunan Gereja Katolik Santa Clara di Bekasi Utara ini  bukan masuk kategori bangunan gereja katolik yang terbesar di Asia Tenggara. “Itu sangat tidak masuk di akal. Mosok gereja kami dengan gampang dan latahnya dikatakan sebagai bangunan gereja katolik terbesar di kawasan Asia Tenggara,” kata Romo Raymundus Sianipar OFMCap.

Baca juga:  Isu Murahan Sebut Gereja St. Clara Bekasi Utara Terbesar di Asia Tenggara

“Kami juga masih bergiat berjibaku untuk bisa mengumpulkan dana dari para pendonor di antara umat kami sendiri dan umat katolik luar paroki yang bersimpati kepada kami. Sama sekali tidak ada sepeser pun dana asing datang dari lembaga  internasional apa pun nama lembaga itu sebagaimana yang sering mereka isukan dan suka mereka tuduhkan itu kepada kami,” lanjutnya

“Siapalah kami ini sehingga sebegitunya lalu dimunculkan isu-isu tak berdasar. Semua komentar negatif dan tidak berdasar itu sudah pasti ya memang hanya isu pepesan kosong alias hoax,” tanda pastor Fransiskan Kapusin yang selalu tampil enerjik ini.

Masih kurang dana

Pastor Raymundus Sianipar OFMCap dengan jujur malah menyampaikan hal yang sebenarnya terjadi sampai hari ini.  Panitia pembangunan gereja, kata dia, hingga saat ini masih megap-megap  dalam mengatur keuangan, karena kebutuhannya masih banyak dan kotak dana mengalami banyak kekurangan.

“Kalau ada masukan sumbangan dana internasional seperti yang dituduhkan dan menjadi isu liar tak berdasar seperti yang selama ini terjadi, maka tentu kami takkan mengalami kesulitan dana. Jadi, isu itu sungguh tak sesuai dengan kondisi sebenarnya dan kabar-kabur itu sama sekali tidak benar alias kabar bohong semata,” tegasnya.

Isu kristenisasi

Tentang kekhawatiran akan ada kristenisasi melalui kehadiran Gereja Katolik Santa Clara, Romo Ray OFMCap juga menegaskan bahwa bukanlah gaya Gereja Katolik di mana pun yang suka mengajak atau mencoba berbagai cara untuk misalnya bisa mempengaruhi orang non katolik atau anggota masyarakat lain agar kemudian hari mau menjadi katolik. Apalagi lalu diberi embel-embel cerita bohong tentang dikasih iming-iming hadiah atau hal menarik lainnya.

“Orang bisa menjadi katolik itu tidak mudah, karena yang bersangkutan itu harus melewati proses yang sangat panjang. Kami juga tidak pernah melakukan hal-hal yang tidak biasa di lingkungan Gereja Katolik yakni dengan misalnya mendatang-datangi rumah atau sengaja menemui orang untuk minta atau menyuruh mereka mau menjadi katolik dan apalagi kemudian memberi mereka iming-iming hadiah atau bentuk pemanis lainnya,” katanya.

“Model macam itu bukan ‘cara kerja’ Gereja Katolik. Malahan, kalau ada yang ingin menjadi katolik, maka kami akan bertanya serius kepada mereka agar mereka benar-benar telah menimbang dan memikirkan keinginannya itu secara bebas, tidak ada paksaan dan dengan hati suka cita,” jelasnya kemudian menjawab penulis.

Umat ribuan tanpa bangunan gereja

Saat ini, jumlah umat Gereja Katolik Santa Clara di Bekasi Utara sudah mencapai angka tidak kurang  9.422 jiwa. Setiap akhir pekan, ribuan umat ini masih merayakan misa di ruko.

Setiap Sabtu-Minggu,  ada lima kali kesempatan perayaan ekaristi di ruko di tepi jalan umum. Karena kondisi ruangan sangat terbatas, maka ratusan orang yang mengikuti perayaan ekaristis dengan rela hati hanya bisa duduk di halaman ruko atau malah berdiri selama perayaan ekaristi berlangsung.

Kalau hujan turun, sudah pastilah mereka ini juga rela hati ikut berbasah-basah.

Setiap Sabtu-MInggu di tepi jalan di sebuah ruko, ratusan umat katolik Paroki St. Clara Bekasi rela duduk seadanya dan bahkan berdiri di tepi jalan hanya sekedar ingin bisa mengikuti misa mingguan di tepi jalan. (Dok. Paroki St. Clara Bekasi/Sesawi.Net)

Baca juga:  9.422-an Umat Gereja St. Clara Bekasi Rela Berbasah Ria Ikuti Misa Mingguan

Siapa mau bantu?

Mari membantu umat Santa Clara di Bekasi Utara ini bisa segera mewujudkan kerinduan mereka memiliki gedung gereja mandiri yang lebih layak melalui program donasi amal ini.

Caranya sebagai kirim dana amal Anda melalui rekening resmi Gereja Katolik St. Clara Bekasi Utara, Jabar, dengan data sebagai berikut:

  • BCA Norek 066 309 7749 a.n. PGDP Paroki Santa Clara.
  • Subjek berita: Pembangunan gereja.

Demi menjaga asas tranparansi publik dan akuntabilitas, mohon Anda berkenan mengirim notifikasi donasi tersebut kepada:

  • Emanuel Dapaloka (umat paroki): dapaloka@yahoo.co.id
  • Redaksi Sesawi.Net: portalsesawi@gmail.com

Baca juga:   Mari Berdonasi untuk Gereja Paroki St. Clara Bekasi Utara 

3 COMMENTS

  1. Negara dalam krisis Keadilan Sosial..
    Nilai Pancasila direnggut..
    Dimanakah para Panglima Negara ini??
    Masyarakat dibodohi Oleh para Oknum ULAMA yg mengadu domba di negri ini utk tujuan yg terselubung… Yaitu ISI didalam LAMBUNGNYA sang Tokoh AGAMA. ?

    • bro, udh didoain aj. Lawan kejahatan dengan kasih.. kan itu yg diajarkan Kristus… kita jg hrs doain supaya greja ini pembangunanya slesai tanpa utang atau kendala lain… Gbu

  2. Mengapa mrk slalu cari² kesalahan demi menjegal pembangunan Gereja ini .. dan tak sadar jg kah mrk bahwa apa yg telah mrk lakukan utk menjegal pembangunan ini caranya salah?!!
    Butuh sebesar apa ya kira² cermin buat mrk ini …?!?!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here