Sekilas tentang Uskup Agung KAS Terpilih: “KRS” ala Mgr. Rubiyatmoko (3)

1
2,264 views
Uskup Agung KAS Terpilih Mgr. Robertus Rubiyatmoko (baju biru muda) bersama Mgr. Aloysius Sudarso SCJ dari Keuskupan Agung Palembang, Mgr. Martinus Situmorang OFMCap dari Keuskupan Padang dan Mgr. Petrus Canisius Mandagi MSC dari Keuskupan Amboina, Maluku. Perjumpaan ini terjadi di Bandara Supadio Pontianak menjelang terbang bersama menuju Sintang, Kalbar, menghadiri misa tahbisan episkopal Uskup Keuskupan Sintang Mgr. Samuel Oton Sidin OFMCap. (Romo August Surianto)

ECCE sacerdos magnus. Jumat sore, 24 Maret 2017, menjelang “Hari Raya Kabar Sukacita”, Uskup Agung KAS Terpilih Mgr. Robertus Rubiyatmoko beserta para frater tingkat V dari Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan Yogyakarta berkunjung ke Pertapaan St. Maria Rawaseneng. Bersama dengan udara sejuk karena gerimis hujan yang jatuh dan berpendar membasahi area pertapaan, sungguh suatu rahmat indah yang membawa sukacita bahwa para rahib kontemplatif bisa berwawan-hati dengan Bapak Uskupnya yang akan ditahbiskan pada tanggal 19 Mei 2017 nanti.

Adapun Mgr. Rubiyatmoko yang terlahir di kawasan Wedomartani, Sleman, Yogyakarta pada tanggal 10 Oktober 1963 dari pasangan orangtua bernama Harjo Partono ini mengawali acara dengan makan bersama dan dilanjutkan sharing serta doa completorium singkat bersama para rahib. Di situ termasuk Dom David Lavitz OCSO, seorang rahib dari Biara Spencer Amerika yang lama berkarya di Jepang dan sekarang menjadi Sekretaris Jenderal di Generalat OCSO di Roma serta beberapa romo lainnya yang sedang berada di Rawaseneng.

Baca juga:

Kebijaksanaan: Uskupku, dosenku

Robertus Rubiyatmoko ditahbiskan  pada tanggal 12 Agustus 1992 oleh Kardinal Julius Darmaatmadja SJ di Kapel Seminari  Tinggi St. Paulus  Kentungan Yogyakarta. Ia adalah dosen Universitas Sanata Dharma kedua yang terpilih menjadi Uskup Agung Semarang, setelah Mgr. Ignatius Suharyo.

Mgr. Rubiyatmoko  menjalani Tahun Orientasi Pastoral (TOP)-nya di Seminari Menengah Mertoyudan (1988-1989). Ia memperoleh gelar sebagai ahli Hukum Gereja dari Universitas Kepausan Gregoriana Roma, Italia. Selama menjalani studi di Roma, dia tinggal di Asrama Kepausan Belanda (1993-1997).

Setelah menyelesaikan studi doktoral di Roma, tugas utamanya adalah menjadi dosen Hukum Gereja di Fakultas Teologi Kepausan Wedabhakti Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Sebagai ahli Hukum Gereja dan seluk-beluk perkawinan Katolik, ia juga pernah menulis buku berjudul Perkawinan Katolik menurut Hukum Kanonik terbitan Kanisius.

Yang pasti, banyak frater yang mengakui bahwa Mgr. Rubi menjadi salah satu dosen favorit karena ketika memberi kuliah tentang Hukum Perkawinan selalu menyegarkan, banyak banyolan yang lucu tapi klop, joss, tandes, nancep alias mengena di tengah paparan kasus-kasus perkawinan yang rumit: “Lucunya pol habis dan bijaksana banget.”

Mgr. Robertus Rubiyatmoko bersama para uskup usai acara salve di Gereja Sungai Durian Sintang, Selasa 21 Maret 2017. (Angel Li/KBKK)

Rendah hati: Bukan kehendakku tapi kehendak-Mu

Menurut pengakuan pribadinya, Monsinyur yang berasal dari Paroki Babadan Yogyakarta dan akrab dipanggil “Romo Rubi” oleh para frater ini sama sekali tidak menyangka bahwa Tahta Suci Vatikan menunjuknya menjadi Uskup Agung Semarang.

Adapun pengumuman resmi atas penunjukannya menjadi Uskup Agung KAS ini dirilis pada hari Sabtu petang tanggal 18 Maret 2017 pukul 12.00 waktu Roma atau pukul 18.00 WIB yang lalu. Penunjukan pengganti almarhum Mgr. Pujasumarta tersebut diumumkan pada Misa Sabtu malam, di Gereja Katedral Semarang oleh Administrator Diosesan Keuskupan Agung Semarang (KAS), Romo FX Sukendar Wignyosumarta yang juga adalah teman seangkatannya.

Oleh beberapa temannya di Seminari Mertoyudan sebagaimana dituturkan oleh Ibe Karyanto yang aktif di Sanggar Akar Jakarta, saat di Mertoyudan itulah Mgr. Rubi mendapat nama karapan (julukan) yakni Ngabdul. Ia mengaku tidak bisa tidur nyenyak, setelah dipanggil Nuntio Mgr.  Antonio Guido Filipazzi ke Kedutaan Besar Vatikan di Jakarta dan kemudian diberitahu bahwa Paus Fransiskus telah memilihnya menjadi Uskup KAS. Ia merasa sangat tidak layak, mengingat banyak kerapuhan dirinya. Ia bahkan ingin mundur dan terus mau mengontak Nuntio serta bertanya sampai tiga kali: Apakah ini sebuah ‘pilihan’  atau ‘kewajiban’.

Nuntio jelas menjawab, “Ini sebuah kewajiban.”

Ia men-sharing-kan bahwa ia terus bergulat-geliat selama hari-hari itu. Bahkan di Kedutaan Besar Vatikan itu, ia lama terdiam sendirian di kapel dan terus memandang salib besar yang tergantung di kapel tersebut. Dengan pengakuan yang jujur, kadang ia merasa bahwa jalan ini sekaligus sebagai “penitensi” atas banyak khilaf dan salahnya sekaligus kesempatan untuk belajar berpasrah: ”Bukan kehendakku, tapi kehendakMu.”

Ketika ia diundang untuk menghadiri tahbisan Uskup Keuskupan Sintang Mgr. Samuel Oton Sidin OFMCap di Sintang (Kalbar), ia merasa dikuatkan karena semua uskup terbuka, welcome dan ramah menerimanya sebagai satu kolegialitas. Ketika mengikuti ibadat Salve di Gereja Sungai Durian Sintang, ia mengaku sangat tersentuh dan kembali dikuatkan dengan beberapa mazmur yang didoakan bahwa, “Bukan kita yang memilih, tapi DIA yang memilih.”

Mgr. Ruby sendiri mengakui belum menemukan motto penggembalaannya sebagai uskup. Sembari bercanda, ia mengatakan ada yang mengusulkan, “salus animarum suprema lex – keselamatan jiwa jiwa adalah hukum yang terutama”, mengingat kapasitasnya sebagai Hakim Gereja dan dosen Hukum Gereja yang berkutat dengan banyak aspek yuridis. Ia mengaku terus-menerus berdoa dan terpengaruhi oleh tiga dokumen dari Paus Fransiskus yakni: Misericordiae Vultus (Wajah Kerahiman Ilahi), Amoris Laetitia (Cinta yang penuh sukacita) serta Motu Proprio: Miti Iudex Dominus Iesus, semacam “reformasi” terhadap proses yuridis perkawinan Katolik.

Sebelum terpilih menjadi Uskup KAS, Romo Rubi menerima tugas pastoral pertamanya di Gereja St. Maria Assumpta Pakem, DIY. Selanjutnya, ia menjadi salah satu formator di Seminari Tinggi Santo Paulus Kentungan, Yogyakarta, sekaligus menjadi Vikaris Yudisial  Keuskupan Agung Semarang yang mengurusi pelbagai  macam kasus perkawinan. Sejak tahun 2003, dia juga menjadi Koordinator Tim Revisi Kitab Hukum Kanonik (KHK).

Semangat dalam melayani: 7th Asian Youth Day

Menurut situs resmi Vatikan, press.vatican.va, pengangkatan uskup baru ini dilakukan menjelang Asian Youth Day ke-7 yang sedianya akan berpusat di Yogyakarta dimana Keuskupan Agung Semarang menjadi panitia penyelenggaranya dari 30 Juli – 6  Agustus 2017.

Dengan terpilihnya Uskup baru yang terkenal ramah, rendah hati dan pintar ini, maka ‘ketakutan’ umat bahwa Semarang tidak memiliki Uskup saat perhelatan “Asian Youth Day”-pun menjadi reda. Hal ini dikarenakan tahta Uskup Agung Semarang  (KAS) mengalami sede vacante atau lowong sejak Mgr Johannes Pujasumarta meninggal dunia pada hari Selasa (10 November 2015) pukul 23.30 WIB di RS St. Elisabeth Semarang setelah beberapa waktu lamanya didera penyakit kanker paru.

Ya, terpilihnya Mgr. Robertus Rubiyatmoko  menjadi Uskup Agung baru Semarang menjadi hadiah berarti bagi KAS, terlebih karena mereka akan menjadi tuan rumah bagi perhelatan akbar “Asian Youth Day 2017” dimana ada setidaknya 3.000-an OMK dari 29 negara di Asia akan berpartisipasi dalam perhelatan iman di kalangan orang muda katolik se-Asia ini.

Adapun tampilan fisik Uskup Agung Semarang Mgr. Robertus Rubiyatmoko yang di lingkungan keluarga dekatnya lebih dikenal dengan nama panggilan: Moko,  juga masih terkesan muda: segar bugar dan tegar. Sosoknya tegap dan mantap bersemangat dengan kumis tebal menghiasi  bagian atas bibirnya: “tampang Rambo – hati Bimbo”, di luarnya preman – di dalamnya penuh iman. Bahkan, ada yang bilang, sekilas-pintas, ia mirip Mas Adam –suaminya Inul.

Akhirnya Mgr. Rubi mengaku biasanya mudah pusing kalau memikirkan hal-hal yang berat. Indahnya, selama hari-hari terakhir ketika ia “mumet” karena diangkat menjadi uskup, perlahan ia merasa tidak pusing. Ia meyakini bahwa ketidakpusingannya ini karena banyaknya doa dari para umat dan rekan imam dan frater/suster yang terus mendukungnya dengan tulus. Bahkan, ia berencana untuk mencukur kumis yang merupakan salah satu hal yang sudah menjadi “trade mark” pada diri dan sosoknya yang hangat dan bersahabat, yang bijaksana namun tetap sederhana.

Pastinya, alumnus  Seminari Menengah Mertoyudan tahun 1984  ini terus memohonkan bantuan doa segenap umat supaya“KRS” –Kebijaksanaan, Kerendahan hati dan Semangat– untuk melayani bisa setia dihidupinya dalam menjalani tugas penggembalaan di KAS.

Rm. Anton OCSO, Prior Pertapaan Rawaseneng yang mewakili Dom Gonzaga di akhir acara mengutip tiga pesan sederhana seorang rahib yang baru merayakan syukur 40 tahun hidup kerahibannya di Rawaseneng: “Kita memang sendiri tapi kita tidak pernah sendirian. Yang berat akan menjadi berkat kalau bisa dinikmati. Kita bisa menikmatinya kalau kita selalu setia.”

Ada pohon palem di depan toko. Berkah Dalem, Mgr. Rubiyatmoko.

1 COMMENT

  1. Waduh sebagai salah satu mahasiswanya saya menyatakan keberatan apabila mgr. Ruby. Mencukur kumis. Krn itu merupakan ciri khas yg ada pada beliau dan mungkin akan mjd trade mark bagi semarang.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here