INI adalah artikel pendek yang dikirim oleh umat katolik di Gereja St. Marinus Yohanes – Paroki Kenjeran, Surabaya. Kedua orang ini adalah Ny. Yustina Hari Astuti dan anaknya Florentina Betty SP Riana. Tulisan testimonial mereka ini kemudian dirangkum oleh Wahyu, alumnus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Saat kuliah di ITS Surabaya usai lulus SMA Loyola di Semarang, almarhum Mas Ardi Handojoseno sangat aktif di berbagai kegiatan OMK di Paroki Kenjeran, Surabaya. Paroki ini merupakan wilayah pengembangan Paroki Kristus Raja, residen Sudirman.
Mengajar koor dan latihan bernyanyi
Saat itu, Mas Ardi aktif mengajar menyanyi untuk anak-anak kecil. Kelompok koor anak-anak kecil hasil binaannya adalah Vocalista Angelica. Kelompok koor ini paling laris manis mendapat undangan ‘ngamen’ dimana-mana. “Waktu itu, saya masih duduk di bangku SD dan kegiatan itu berlangsung terus hingga saya masuk SMP, tahun 1994-1995-an,” terang Betty.
Yang mendapat atensi dari almarhum Mas Ardi bukan hanya anak-anak. Tapi juga remaja, OMK paroki, dan kelompok ibu-ibu.
Baca juga:
- KEKL 1988 SMA Loyola Mengenang Alm. AM Ardi Handojoseno SJ: Juru Damai yang Cerdas…
- In Memoriam Pastor AM Ardi Handojoseno SJ: Kejutan Tuhan, Menciptakan Tsunami Kehidupan yang Tetap Misteri (3)
Kalau mengajar, demikian tutur Betty, almarhum suka memberi tips mengenai teknik menyanyi dengan sempurna. “Ayo buka mulut selebar-lebarnya agar tiga jari bisa masuk ke dalam mulut saat kedua bibir terbuka,” kenang Febby.
Almarhum Mas Ardi sangat disiplin, terutama ketika harus mengajari orang bisa bernyanyi secara baik dan sempurna.
Baca juga:
- 90 Tahun Gereja St. Antonius Kotabaru Yogyakarta: Konser Rohani Kidung Ekaristi
- RIP Pater AM Ardi Handojoseno SJ, Serangan Jantung Usai Jogging Sore di Girisonta
- In Memoriam Pastor AM Ardi Handojoseno SJ: Musik Hobinya, Ilmu Pengetahuan Langkah Hidupnya (1)
Bawa dua helm
Sebelum akhirnya memutuskan masuk Serikat Jesus dengan menjadi novis Jesuit di Girisonta tahun 1998, almarhum Mas Ardi selalu dicirikan dengan satu hal: kemana-mana selalu membawa sepeda motor dengan dua helm. Mengapa demikian?
Ternyata, alasannya sangat mulia. “Ini untuk jaga-jaga, siapa tahu ada orang kesusahan dan bisa nebeng naik motor,” ungkap Betty menirukan omomgan almarhum waktu itu.
“Ibu-ibu ‘kecewa’ banget, ketika pada tahun 1998, almarhum Mas Ardi akhirnya meninggalkan kami semua,” kenang Ny. Yustina Hari Astuti.
“Kami ‘kecewa’ ditinggakan beliau, namun bangga juga mendengar dia ingin jadi pastor,” lanjutnya.
Ya gimana lagi? Soalnya, almarhum Mas Ardi itu cerdas, cakep, dan perhatian sama orang. “Jadi, semua ibu dibuat kaget, ketika akhirnya Mas Ardi meninggalkan Surabaya masuk Novisiat SJ di Girisonta,” tuturnya lagi.
Bersama ibu-ibu lain dari Paroki Kenjeran, Betty dan ibunya Ny. Yustina Hari Astuti ikut mengantar almarhum Mas Ardi pergi ke Girisonta tahun 1998 untuk mewujudnyatakan niatnya ingin bergabung masuk Ordo Serika Jesus dengan menjado novis Jesuit di Novisiat SJ Kolese St. Stanislaus Kotska di Girisonta.
Requiescat in pace.
selamat jalan rm. ardi…