Warga Suku Fak-fak dari tiga agama, yaitu Islam, Katolik dan Protestan yang bermukim di Timika, Papua, bersatu untuk mendukung pembangunan gedung Gereja Katolik St. Stefanus Sempan dengan memberikan sumbangan dana sebesar 20.705.000 rupiah.
Sumbangan dana untuk pembangunan gedung gereja baru tersebut diserahkan saat perayaan misa inkulturasi budaya Fak-fak di Gereja Katolik St. Stefanus Sempan Timika, Minggu.
Dalam perayaan misa yang dipimpin Pastor Willem Bungan OFM itu juga digelar tradisi “tombormagi” atau pengumpulan dana untuk pembangunan gedung gereja baru. Dana yang terkumpul mencapai 11.448.000 rupiah.
Tokoh masyarakat Fak-fak di Timika Sulaiman Patiran mengatakan, tradisi tombormagi biasanya digelar untuk mengumpulkan harta saat keluarga laki-laki hendak meminang seorang gadis.
Dalam perkembangannya, katanya, tradisi itu juga biasa dilakukan untuk mendukung kegiatan-kegiatan kerohanian, seperti pembangunan masjid, gereja dan lain-lain.
Satu tungku tiga batu
“Kami warga Suku Fak-fak hidup dalam semboyan ’Satu Tungku Tiga Batu’ karena warga Fak-fak yang beragama Islam, Katolik dan Protestan berasal dari satu mata air atau leluhur yang sama,” kata Sulaiman.
Tokoh masyarakat Fak-fak lainnya Abraham Komber dan Yosep Kramandondo menambahkan bahwa semboyan Satu Tungku Tiga Batu yang merupakan warisan dari leluhur terus dipertahankan oleh warga Fak-fak dimanapun mereka berdomisili.
Adapun sumbangan dana untuk pembangunan gedung Gereja Katolik St. Stefanus Sempan Timika dikumpulkan dari warga Fak-fak di Timika yang berasal dari berbagai latar belakang agama, baik Islam, Katolik maupun Protestan.
“Dana yang terkumpul dari warga Fak-fak di Timika ini merupakan bentuk partisipasi kami dalam mendukung pembangunan gedung Gereja Katolik Sempan Timika. Kegiatan seperti ini sudah beberapa kali kami lakukan termasuk saat acara peresmian Gereja Katedral Timika tahun 2010,” kata Ketua Kerukunan Masyarakat Fak-fak di Timika Ibrahim Iba.
Pastor Paroki St Stefanus Sempan Timika Willem Bungan OFM menyampaikan ucapan terima kasih atas dukungan dan partisipasi warga suku Fak-fak dalam membantu pembangunan gedung gereja baru.
Pastor Willem meminta warga Mimika dari berbagai latar belakang suku, agama dan etnis dapat mencontohi kehidupan warga suku Fak-fak yang rukun dan damai meskipun berasal dari latar belakang agama yang berbeda-beda.
“Hendaknya kita semua hidup saling menghargai, saling menghormati perbedaan-perbedaan yang ada. Dengan menghormati perbedaan itu berarti mutu iman kita semakin baik. Orang yang bisa menghargai perbedaan suku, agama, maka Allah akan memberikan rahmat kasihnya. Rahmat Allah ditujukan bagi orang yang bertaqwa,” pesan Pastor Willem.
Ia menambahkan, semua agama menyeruhkan agar umatnya harus hidup saling mengasihi dalam suasana hidup penuh persaudaraan sejati.
“Kita semua adalah bersaudara karena kita satu keturunan yaitu anak-anak Abraham atau Ibrahim,” ujarnya.