Retret Tahunan GOTAUS: Maria Pemersatu Umat Kristiani, Kata Romo Simon Lili Tjahjadi Pr

0
844 views

GOTAUS (Gerakan Orang Tua Asuh Seminari) secara rutin mengadakan retret tahunan untuk menguatkan para pengurus dan aktivisnya. Kali ini retret tersebut dibimbing oleh Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Romo Simon Petrus L. Tjahjadi.

Romo Simon membagi retret dalam tiga sesi. Sesi awal paparan tentang Maria sebagai pemersatu umat Kristiani, sesi kedua bicara tentang tantangan dalam pelayanan, dan terakhir refleksi tantangan dan solusinya bagi GOTAUS.

Maria dan Ekumene: Maria Pemersatu Umat Kristiani

Bunda Maria bagi Gereja Katolik memiliki peran sentral. Banyak terjadi praktik Gereja Katolik sekitar devosi dan perayaan tentang Maria seperti:

  • Devosi: Ziarah, Patung Maria.
  • Pesta-pesta Maria (mis.1 Januari: Bunda Tuhan, 25 Maret: Warta Malaikat, 15 Agustus: Kenaikan ke Surga)
  • Doa-doa Maria: rosario, litani, angelus.
  • Dogma: Maria dikandung tanpa noda.

Sementara, pihak lain terutama yang menganut paham Sola Scriptura (hanya Kitab Suci saja) mempertanyakan peran sentral Maria tersebut dengan argumen tidak ada tercantum di dalam Kitab Suci.

Romo Simon yang lahir di Jakarta, 13 Juni 1963 ini menjelaskan bahwa ada dua sumber iman Katolik yaitu Kitab Suci dan tradisi yaitu apa yang hidup dan dihayati oleh Gereja sepanjang zaman. Sebelum Kitab Suci terbentuk, tradisi itu sudah ada.

Bahkan Kitab Suci sendiri adalah salah satu tradisi Gereja, yakni tradisi tertulis yang lalu ditetapkan oleh pimpinan Gereja.

Menurut lulusan program doktoral Johan Wolfgang Goethe Universität, Frankfurt ini, setidaknya ada enam peristiwa dimana Maria disebut secara khusus, yaitu:

  • Yesus dikandung: Mt 1:18-25; Lk 2:1-7.
  • Yesus 12 tahun: Lk 2:41-52.
  • Yesus di Kana: Yoh 2:1-11.
  • Yesus sukses: Mt 28: 46-48; Mrk 3:31-35; Lk 8:19-31.
  • Yesus wafat/Maria dititipkan: Yoh 19:24-27
  • Pentakosta: Kis 2:1-13.

Romo Simon Lili menegaskan Kitab Suci menampilkan Maria sebagai sosok beriman yang terbuka pada kehendak Allah dan menaatinya. Maka atas dasar itu, Maria bukan batu sandungan, melainkan pemersatu umat Kristiani.

Tantangan dalam pelayanan

Menurut Ketua STF Driyarkara sejak 2011 ini, terdapat empat bidang penghayatan iman sebagai kesaksian yaitu liturgi (ibadat), koinonia (peraturan), kerygma (pewartaan), dan diakonia (pelayanan).

Diakonia sendiri bisa dibedakan menjadi dua yaitu pelayanan ke dalam yaitu pembangunan communio dan pelayanan keluar yaitu solidaritas dengan semua orang terutama yang kecil (Kis 2-4).

Gerakan GOTAUS masuk ke ranah diakonia, demikian Romo Simon.

Romo Simon memaparkan tantangan dan peluang yang dihadapi bidang pelayanan dalam Gereja ada lima yaitu:

  1. Individualisme
    Pandangan atau keyakinan hidup bahwa masing-masing individu dan kebutuhannya harus lebih diutamakan dari masyarakat atau umum. Tantangannya adalah kebersamaan dan tanggungjawab bersama versus keyakinan pribadi. Individualisme juga ada unsur positifnya, demikian kata Romo Simon. Individualisme membuat orang tidak ikut-ikutan, memiliki komitmen serta tegas.
  2. Pluralisme
    Kenyataan di dalam masyarakat ada macam-macam pandangan hidup, keyakinan, agama, ideologi, serta gaya hidup yang saling pengaruh dan bersaing. Apakah orang memilih kualitas atau kuantitas.
  3. Hedonisme
    Pandangan atau ajaran yang menyatakan bahwa tujuan atau arti hidup adalah untuk mencapai kenikatan sepenuh-penuhnya. Tantangannya adalah apakah orang ikut arus, apakah pelayanan dipandang sebaga salib atau penderitaan?
  4. Budaya audio-visual
    Teknologi komunikasi dengan pelbagai bentuk. Caranya memuat nilai-nilai ajaran langsung dan tidak bisa disensor. Tantangannya adalah apakah kita ‘memakai’ atau ‘dipakai’?
  5. Fundamentalisme
    Pandangan hidup yang berpegang kokoh pada dasar ajaran agama/idiologi secara radikal dan tanpa kompromi dalam penafsiran maupun pelaksanaannya. Tantangannya Gereja hancur dari dalam. Kita cukup menarik dan membuat orang at home. Kekuatan para fundamentalis adalah: kesadaran misionaris kuat, hebat dalam membentuk komunitas, dan menciptakan liturgi yang membuat orang tertarik secara emosional.

Tantangan bagi GOTAUS

Romo Simon mengakhir retret ini dengan mengajak peserta merefleksikan dua pertanyaan berikut:

  1. Bagi Anda tantangan mana yang paling mendesak untuk ditangani? Bagaimana?
  2. Adakah tantangan lain yang belum disebutkan, namun mendesak untuk ditangani? Bagaimana?

Pengurus periode 2017-2020

Pada hari kedua, para pengurus dan aktivis GOTAUS mengadakan pemilihan pengurus baru untuk menggantikan kepengurusan yang dipimpin Tjipto Windoe karena sudah berakhir masanya. Mekanisme pemilihan adalah memilih Ketua yang sekaligus menjadi formatur untuk penyusunan kepengurusan baru.

Secara aklamasi, Tjipto Windoe, pensiunan bankir, terpilih kembali menjadi Ketua GOTAUS periode 2017-2020. Selamat kepada Pak Tjip, semoga GOTAUS makin berkembang demi kemajuan seminari di Indonesia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here