Senin, 31 Oktober 2016
PAGI ini saya tidak melakukan ibadat pagi bersama kelompok, teman-teman masih merasa lelah karena kemarin pergi seharian. Hari ini materinya masih tentang healing.
Setiap manusia merindukan dan memerlukan healing. Sebagai religius medior, sering mengalami dan menyimpan luka atau cidera. Sedih karena kehilangan orang dekat, tersinggung amat dalam, mengalami tekanan batin, merasa minder atau ditolak, hidup dalam ketegangan dan ketakutan, cemas, was-was, tanpa harga diri, ada marah dan dendam tersimpan, ada kesalahan yang belum diampuni, ada luka yang tak mau sembuh, ada air mata yang belum pernah tercucur.
Semua ‘rasa sakit’ ini memerlukan penyembuhan.
Baca juga: 70 Hari di Rumah Khalwat Roncalli: Merindukan Keheningan (14)
Meditasi penyembuhan
Karena rasa penasaran, malam ini saya mengikuti meditasi penyembuhan. Siang tadi dalam makan bersama, beberapa teman semeja bercerita tentang meditasi penyembuhan yang dibimbing oleh Rm. Aloysius Rinata Hadiwardaya MSF. Mereka merasakan adanya perubahan dalam dirinya setelah mengikuti meditasi ini. Lalu ada beberapa sikap yang mereka lakukan selama meditasi, tetapi tanpa dapat mereka kendalikan. Syarat dari meditasi ini adalah penyerahan dan kepasrahan yang sepenuhnya. Biarlah Roh Kudus yang bekerja.
Selasa, 1 November 2016
Hari ini adalah Hari Raya Semua Orang Kudus. Pikiran saya melayang ke biara saya di Batu yang merayakan hari ini dengan Ibadat Harian dan misa secara meriah. Khusus untuk hari ini, di biara saya santap siang dan malam diperbolehkan berbicara, karena biasanya kami makan sambil mendengarkan bacaan. Di sini, saya hanya berdoa sendiri. Di tempat kursus ini, kami selalu ngobrol sambil makan. Memang terasa sekali bedanya, tetapi saya belajar menikmati apa saja yang saya alami selama di tempat kursus ini. Saya mensyukuri saja semua yang boleh saya alami di sini.
Rabu, 2 November 2016
Pagi ini saya membolos olah raga karena saya mengikuti ibadat pagi dan misa di Novisiat MSF. Hari ini banyak umat yang hadir. Sebelum misa dimulai, banyak umat yang meletakkan bunga tabur di depan meja altar, di tempat yang sudah disediakan. Sesudah misa ada pemberkatan bunga tabur milik umat.
Sebelum pulang saya doa Ibadat Bacaan. Ternyata seorang Ibu sedang menunggu saya di depan kapel. Beliau bercerita kalau semalam ditelpon oleh anak temannya, Pak Tarsisius Suwahyo, yang saat ini sedang sakit. Anak ini bertanya, apakah ibu mempunyai kenalan Suster Karmel.
Maka ibu ini agak kaget ketika pagi ini melihat saya dalam misa. Dengan jubah khas Karmel, tentu saja kehadiran saya akan mudah dikenali. Tuhan selalu punya cara untuk menjawab kebutuhan umatnya. Pertemuan tak terduga, namun memberikan harapan bagi yang memerlukannya.