LIMA BELAS frater Seminari Tinggi St.Petrus Ritapiret , Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur mengikrarkan sumpah selibat di Kapela Agung Seminari Tinggi St. Petrus Ritapiret, Jumat Sore (16/06/2017). Semuanya berasal dari empat Keuskupan. Lima diantaranya berasal dari Keuskupan Agung Ende, dan empat frater dari Keuskupan Ruteng. Sementara dari Keuskupan Maumere dan Keuskupan Larantuka masing-masing 3 frater.
Perayaan sumpah selibat dipimpin langsung oleh Vikjen Keuskupan Maumere, RD. Martinus Ewaldus Sedu. Dalam khotbahnya, RD. Ewaldus Sedu menjelaskan tentang sumpah selibat. Ia menjelaskan bahwa tradisi sumpah selibat sebagai syarat utama dalam menahbiskan seorang calon imam Projo. “Seorang calon imam projo bisa ditahbiskan menjadi diakon dan imam setelah mengikrarkan sumpah selibat. Karena itu perayaan sumpah selibat merupakan sebuah tangga menuju tahbisan.”
Sumpah selibat, lanjut RD Ewaldus Sedu merupakan sebuah pilihan seumur hidup untuk bersandar sepenuhnya kepada Tuhan. Hal ini memang membutuhkan sebuah komitmen yang tinggi dan tanggung jawab dari para frater. Sebab dalam dunia yang penuh dengan kemajuan, hal ini tidak mudah. Orang sulit menjaga kesetian itu dalam hidup harian di tengah masyarakat.
Karena itu, RD. Ewalus Sedu berpesan, agar seorang calon imam menggantungkan diri pada Tuhan. “Sumpah selibat hemat saya tidak hanya sekedar tidak kawin, melainkan menggantungkan seluruh diri, harapan dan cita-cita hidupnya hanya pada Allah yang berbelas kasih. Untuk itu seorang calon imam dan imam mesti setia dalam panggilan dan sumpah serta terus membangun hidup doa. Sebab doa adalah jalan menuju terang, yang dengannya orang dapat memadang dan memaknai hidup tidak kawin serta arti setia dalam kesendirian,” ungkap Vikjen Keuskupan Maumere.
Sementara itu RD. Phlipus Ola Daen, selaku Praeses Ritapiret dalam sambutannya melihat selibat sebagai sebuah anugerah dari Allah. Ia melihat hal ini sebagai pemberian cuma-cuma dari Allah hanya diberikan kepada orang-orang tertentu. Hal ini menuntut rasa syukur dan kegembiraan dari orang yang menerimanya. Untuk itu, kata Philip, seseorang yang mengikrarkan sumpah selibat mesti menjalani anugrah selibat itu dengan penuh bahagia. Ia tidak boleh sedih dan melihat selibat sebagai sebuah beban dalam hidup.
“Tanpa kegembiraan, selibat itu tidak akan langgeng. Sebab hanya dalam kebahagiaan dalam selibat, Anda bisa mengguncang dunia,” ungkap Philip.
Senada dengan Philip, frater Ferdinandus Suhardin, melihat peristiwa sumpah selibat sebagai moment untuk siap sedia menjadi saksi dan pewarta sabda Tuhan. “ Sumpah selibat merupakan sebuah pilihan bebas. Karena itu hal ini menjadi momen bahagia untuk menjadi saksi dan pewarta sabda Tuhan di keuskupan kami masing-masing.” ungkap frater Endik Suhardin.
Adapun frater yang mengikrarkan sumpah selibat adalah Fr. Ferdinandus Suhardin (Calon imam Keuskupan Ruteng), Fr. Yohanes Patris Suryadi (Calon Imam Keuskupan Ruteng), Fr.Marselinus Nono (Calon Imam Keuskupan Ruteng), Fr. Benyamin Malung (Calon Imam Keuskupan Ruteng), Fr. Fladimir Yosep Kuwa (Claon Imam Keuskupan Agung Ende), Fr. Inosensius Koten (Calon Imam Keuskupan Larantuka), Agustinus Beda (Calon Imam Keuskupan Maumere), Fr. Mario Antonius Werang (Calon Imam Keuskupan Agung Ende), Fr. Agustinus Yeremias Pitang (Calon Imam Keuskupan Maumere), Fr. Martinus Pala Weruin ( Calon Imam Dioses Larantuka), Fr. Valerianus Wilem Wada Koten (Calon Imam Keuskupan Larantuka), Emilianus Deru (Calon Imam Keuskupan Agung Ende), Fr. Gabriel Rolly Davinsi (Calon Imam Keuskupan Maumere), Fr. Yohanes Capistrano Satrini Lobi (Calon Imam Keuskupan Agung Ende), Fr. Yohanes Maria Vianey Kila Sedu (Calon Imam Keuskupan Agung Ende).