“Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka.” (2Kor 8,3)
SEORANG guru pulang ke rumah dengan rasa lelah, dongkol dan jengkel. Betapa tidak mudah untuk meyakinkan orang tua siswa agar mereka terlibat dalam memajukan sekolah, dimana anaknya akan belajar.
Guru tersebut merupakan salah satu anggota penerimaan siswa baru untuk tahun ajaran baru mendatang. Salah satu tugasnya adalah melakukan wawancara dengan orang tua calon siswa, berkaitan dengan sumbangan pembangunan dan pembayaran bulanan. Dia tahu bahwa orang tua calon siswa tersebut bukanlah orang miskin. Orang tua tersebut termasuk dalam kelompok orang yang mampu dan berkecukupan dalam soal materi dan dana. Usahanya merambah ke berbagai bidang dan berada di banyak tempat.
Sekalipun demikian, orang tua ini ingin membayar biaya pendidikan anaknya dalam kategori yang paling rendah; kategori pembayaran yang sebetulnya diperuntukkan bagi anak-anak tidak mampu dan keluarga miskin. Orang tua ini keberatan untuk membayar biaya yang termasuk dalam kategori paling tinggi, yakni kategori yang diperuntukkan bagi anak-anak yang berasal dari keluarga mampu dan berkecukupan.Beberapa kategori pembayaran ditetapkan panitia, agar orang tua bisa terlibat dalam mendukung proses pendidikan anak-anak, seturut dengan kemampuan mereka.
Memang ada beragam pengalaman yang sering terjadi berkaitan dengan kesedian untuk memberi atau berbagi. Umumnya, orang memberikan sesuatu, entah uang atau materi lain, berdasarkan dengan situasi dan kemampuan yang ada pada dirinya. Ada juga orang yang memberikan sesuatu dari kelebihan atau sisa-sisa materi yang dimiliki. Banyak juga orang yang sesungguhnya mampu dan berkecukupan, namun begitu pelit untuk berbagi atau memberikan sebagian kecil harta miliknya. Bahkan ada juga orang yang hidupnya berkekurangan atau tidak mampu, namun bisa memberikan sesuatu; bahkan memberikan sesuatu melebihi kemampuannya.
Kesediaan untuk berbagi atau memberikan sesuatu kepada orang lain, sesungguhnya merupakan kesempatan untuk merefleksikan ciri atau identitas diri sendiri, “Pribadi macam apa diriku ini?” Apakah termasuk pribadi yang tulus ikhlas atau owel, pribadi yang minimalis atau bersedia memberi lebih, pribadi yang dermawan atau pelit, pribadi yang bersikap lepas bebas atau punya kelekatan kuat pada materi?
Pribadi macam apa diriku ini? Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)