Bagi penggemar sepak bola Spanyol, siapa yang tidak tahu Joseph “Pep” Guardiola? Pep adalah pelatih sepakbola FC. Barcelona, klub asal Katalan, Spanyol (2008- sekarang).
Di bawah kepemimpinannya, FC Barcelona semakin “menakutkan” karena berhasil menggondol 12 tropi, hanya dalam tiga tahun. Tentu ini prestasi yang luar biasa, melewati rekor Johan Cruyff, pelatih yang di era 1988 – 1996 yang pernah mengoleksi 11 trofi dalam 8 tahun.
Ya, Barcelona tak ayal layak meraih gelar klub terbaik di Eropa, juga di dunia dengan gaya permainan tiki-takanya yang luar biasa dan menjadi acuan banyak tim sepak bola. Tentu itu semua tak lepas dari tangan dingin Pep. Pep-lah yang berperan besar dalam meramu talenta hebat klub Katalan tersebut semacam Lionel Messi, Xavi Hernandez, Andres Iniesta, Carles Puyol, Sergio Busquets, Gerard Pique, Cesc Fabregas, Pedro Rodriguez, dsb.
Tak mau terikat
Di tengah-tengah kesuksesan dan puja-puji padanya, Pep tidak mau terikat. Berita dalam www.fcbarcanews.net, yang dilansir dari harian Katalan “Sport” cukup mengagetkan. Pep menyatakan tidak ingin mengikat kontrak jangka panjang dengan Barcelona. Kontraknya habis di bulan Juni tahun depan, namun ia belum berniat diikat kontrak baru.
“Setiap hari saya berpikir jika besok saya akan pergi,” kata Pelatih fenomenal ini. “Saya bekerja dengan lebih baik jika saya memiliki kebebasan untuk menentukan masa depan saya. Terikat dengan kontrak jangka panjang membuat saya cemas dan itu bisa membuat Anda kehilangan gairah.”
Ini tidak berarti bahwa Pep tidak bahagia di FC Barcelona. Agen Guardiola mengatakan bahwa Pep lebih dari sekedar bahagia di klub ini, namun tidak ada jaminan bahwa dia akan menjadi pelatih dalam waktu yang sangat panjang.
Lepas bebas a la Ignatius
Pep mungkin tidak pernah tahu apa yang ditulis oleh Santo Ignatius dalam Latihan Rohani, pun pula tidak terpikir apa yang dilakukan Yesus dalam Lukas 4: 42b – 43. Namun demikian, setidaknya dilihat dari sikap luarnya, dia menunjukkan tidak mau terikat dengan kesuksesan dan kemapanan, sebagaimana dijelaskan oleh Santo Ignatius tentang sikap lepas bebas.
Juga tindakan Yesus yang tidak mau terikat untuk tinggal di satu tempat saja. Dalam Lukas 4 itu ditulis,”Orang banyak mencari Dia, lalu menemukannya dan berusaha menahan Dia supaya jangan meninggalkan mereka. Tetapi Ia berkata kepada mereka: ”Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah, sebab untuk itulah Aku diutus.”
Mungkin motivasi Pep lain dengan Ignatius dan Yesus sebagaimana tertulis dalam Injil Lukas, namun kita bisa belajar satu hal: hendaknya kita tidak lekat dengan kesuksesan, pujian, dan kenyamanan. Sukses, pujian, dan rasa nyaman memang harus kita syukuri dan nikmati namun jangan sampai membuat kita terlalu terikat dan lekat padanya.