YESUS yakin bahwa produk-produk itu akan memberi nilai tambah atau manfaat kepada bukan hanya pelanggan dalam golongan tertentu tetapi pelanggan multi etnis dan dari golongan yang tidak terbatas. Dan terbukti bahwa “barang” atau “produk” yang sama ini laris manis dan “dibeli” atau dipakai oleh orang-orang dari seluruh dunia sampai sekarang.
Pertanyaan lebih lanjut, apa yang mendasari Yesus melakukan inovasi dalam hal segmen pelanggan ini?
Pada waktu itu, Yesus juga tidak dalam lingkaran mainstream agama Yahudi dan bukan pemegang otoritas management agama Yahudi. Kalau pun Yesus mau “cuek” atau acuh tak acuh dengan situasi itu, Ia mungkin akan hidup normal sebagaimana kebanyakan orang-orang Yahudi pada waktu itu. Yesus mau hidup “tidak normal”, melawan arus, dan konsekuensinya mati di kayu salib.
Namun, kira-kira dorongan apa yang membuat Yesus membuat inovasi customer segment ini?
- Produk dan jasa yang istimewa
Apa yang ditawarkan Yesus kepada pelanggan adalah produk dan jasa yang istimewa, yaitu keselamatan dan Kerajaan Allah. Mindset orang-orang Yahudi pada waktu itu adalah bahwa keselamatan dan Kerajaan Allah itu adalah hanya untuk mereka. Seolah-olah orang Yahudi punya “exclusivity right” terhadap keselamatan dan Kerajaan Allah. Karena mindset ini, maka agama Yahudi tidak dapat berkembang. Yesus melihat bahwa mindset ini harus diubah, agar semakin banyak orang diselamatkan dan masuk dalam Kerajaan Allah. Dengan perubahan mindset ini, maka market-based dari produk dan jasa Yesus berkembang luar biasa dan tidak mengenal batas.
- Customer Acceptability (Diterima atau dibutuhkan oleh pelanggan)
Yesus tahu persis bahwa kalau setiap orang sangat merindukan keselamatan dan ingin masuk dalam Kerajaan Allah. Dengan demikian kalau ada suatu produk dan jasa yang menjanjikan keselamatan dan Kerajaan Allah, pasti akan diserap oleh pasar dari segala usia, dari segala suku bangsa dan bahasa, dan dari manapun juga.
2. Reasonable Price (harga yang masuk akal).
Ketika seseorang memakai suatu produk atau jasa, maka ada harga atau pengorbanan yang harus dia lakukan agar dapat menikmati atau mendapat manfaat dari produk atau jasa tersebut. Ketika ada orang non-Yahudi ingin memeluk agama Yahudi, maka harga atau “pengorbanan” yang harus diberikan sangat tinggi. Ia harus “meninggalkan” budaya, adat atau hukum yang biasa dia ikuti, lalu menganut budaya, adat atau hukum seturut agama Yahudi. Dan, bukan hanya itu saja, karena ia juga harus rela dianggap sebagai “lower class” karena dia bukan bangsa Yahudi.
Yesus membuat terobosan dalam hal harga atau pengorbanan yang harus dibayar kalau orang non-Yahudi mau mendapat manfaat dari produk dan jasa yang Yesus tawarkan. Orang non-Yahudi tidak akan menjadi “lower class” dan aturan-aturan yang ada lebih fleksibel dan mengedepankan konteks manusia pada jamannya dan budaya setempat. Oleh karena itu harga atau pengorbanan yang dibayar kalau memakai produk dan jasa yang ditawarkan Yesus masuk akal.
Mari belajar sama Yesus
Para pelaku bisnis apabila mempunyai produk/jasa yang istimewa, dibutuhkan oleh pelanggan dan harganya masuk akal, dapat meneladan Yesus dalam memperluas segmen pelanggannya. Untuk melakukan itu semua, yang harus dilakukan pertama adalah mengubah pola pikir atau mindset.
Pola pikir yang sempit ini yang seringkali membelenggu perkembangan bisnis. Pasar semakin terbuka dan kebutuhan manusia akan barang dan jasa semakin bertambah seiring dengan tingkat kemakmuran yang semakin baik dan perilaku yang berubah. Yesus sendiri mengajarkan para pelaku bisnis untuk berani melakukan terobosan, melakukan inovasi agar semakin banyak manusia atau pelanggan yang mendapat manfaat dari produk/jasa yang ditawarkanNya, yaitu Keselamatan dan Kerajaan Allah.
*) Wahyu P. Wibowo, managing partner Y-Consulting.