TAHUN 2017 ini, gelar acara “BTN Golden Property Awards 2017” sampai menyebut tiga nama pengembang kawasan yang layak diberi penghargaan “Lifetime Achievement Awards”. Apresiasi itu jatuh kepada pundak tiga pengusaha super kakap di bidang pengembangan kawasan.
Penyebutan tiga nama pengembang kawasan super kakap ini terjadi di ajang acara “BTN Golden Property Awards 2017”. Di situ disebutkan kontribusi besar dan peran penting mereka dalam melakoni bisnis properti plus beragam inovasi yang telah berhasil mereka temukan sehingga semua itu semakin meningkatkan panggung industri properti di Indonesia.
Ketiga nama besar ipengusaha properti dengan status penting sebagai pendiri itu adalah Sutjipto Nagaria (Summarecon Group), Hendro Gondokusumo (Intiland Developer), dan Alexander Tedja (Pakuwon Group).
Selain kepada mereka bertiga, ajang acara “BTN Golden Property Awards 2017” juga merilis ungkapan apresiasi dan simbol penghargaan kepada para pengembang hunian, properti komersial, dan sosok tokoh penting di balik sektor indutri properti nasional.
Pertanyaannya adalah mengapa momentum acara “BTN Golden Property Awards 2017” sampai menyebut tiga orang nama pengembang kawasan super kakap tersebut? Tentulah antara lain karena kiprah mereka di bidang pengembangan kawasan itu pada gilirannya juga membuat kinerja BTN sebagai penyalur kredit kepemilikan properti juga menjadi lebih dinamis.
Soetjipto Nagaria mengubah rawa jadi Kelapa Gading
Soetjipto Nagaria adalah orang yang berjasa berhasil menyulap kawasan rawa dan kini menjadi kompleks hunian mewah Kelapa Gading di Jakarta Utara dan berikutnya di kawasan Serpong dan Bekasi. Merujuk pada filosofi perusahaannya yang mengadopsi dua kata nama ‘summa’ yang berarti puncak dan ‘recon’ sebagai kependekan dari real eastate corporation, Summarecon Group di bawah kendali Pak Tjip menjadikan sesuatu yang di awang-awang itu akhirnya menjadi nyata.
Pak Tjip sukses mengantar Summarecon Group, karena ia senantiasa tak berhenti belajar.Namun, cerita panjang atas kesuksesan itu juga diretas oleh komitmen perusahaannya untuk selalu tepat janji dan tepat waktu, misalnya, membayar pemasok material.
Kiprahnya di bidang pendidikan diretas melalui berdirinya Sekolah Pahoa dimana dulu Pak Tjip pernah bersekolah di lembaga pendidikan yang sama mulai TK hingga SMA sebelum akhirnya melanjutkan studi di ITB.
Hendro Gondokusumo menguruk Pantai Mutiara
Hendro Gondokusumo adalah sang pencetus berdirinya Intiland Group dan pemrakarsa projek reklamasi Pantai Mutiara sebagai pengembang kawasan hunian di tepian pantai yang pertama terjadi di Asia Tenggara. Anak lelaki pertama dari tujuh bersaudara ini mengenal bisnis properti lantaran ‘kecelakaan sejarah’, yakni harus mau mengikuti kemauan ayah dan pamannya yang waktu itu ‘banting stir’ dari bisnis dagang hasil bumi ke pengembangan kawasan.
Pengembangan kawasan hunian di Cilandak dan Taman Harapan Indah –keduanya di Jakarta—menjadi tonggak sejarah perjalanan bisnisnya yang mulai dia kerjakan sejak tahun 1974. Barulah sesudahnya, ia mencanangkan projek prestisius penuh risiko: reklamasi Pantai Mutiara di Jakarta Utara. Keberanian menentang ‘arus’ itu dipicu oleh pemahaman bahwa di luar negeri pun projek membangun kawasan hunian di tepian pantai itu jauh lebih prestisius dan bisa mendatangkan untung besar dibanding di tempat lain misalnya kawasan jauh dari pantai.
Tantangan melakukan reklamasi Pantai Mutiara seluas 110 hektar juga tidak kurang-kurang, karena reklamasi di satu titik bisa bergeser sejauh 14 meter pada hari berikutnya. Belum lagi kalau harus melihat kedalaman pantai 3-5 meter dengan tekstur pesisir Jakarta pada umumnya adalah lumpur dan bukan bebatuan atau pasir sebagaimana yang terjadi di projek reklamasi yang sama di Singapura dan Australia. “Tapi saya bersyukur, tidak ada pekerja yang menjadi korban kecelakaan kerja,” tuturnya menjawab Kompas.com dalam sebuah wawancara.
Kompleks Pertokoan sentuhan Alexander Tedja
Alexander Tedja muncul sebagai pengusaha pengembang papan atas dengan mengibarkan bendera bisnis Pakuwon Group. Semula, pengusaha yang lahir di Medan ini lebih banyak berkiprah di bisnis perfilman dan bioskop. Ia mulai merambah bisnis pengembangan kawasan dengan membangun mal dan properti di tahun 1982 melalui bendera PT Pakuwon Jati. Projek pertamanya menghasilkan kompleks pertokoan Tunjungan Plaza di jantung kota Surabaya.
Tahun-tahun berikutnya, Alex membangun Sheraton Surabaya Hotel & Tower, Menara Mandiri, Kondominium Regensi. Pada tahun 1994, ia mulai membangun kawasan hunian Pakuwon City di Surabaya, lGandaria City dan Kota Kasablanka di Kuningan –keduanya di Jakarta.
Melihat kiprah ketiga sosok penting di jagad industri pengembangan kawasan itulah, menjadi mahfum bahwa “BTN Golden Property Awards 2017” akhirnya menyebut nama mereka sebagai pihak-pihak yang perlu diapresiasi kiprah kerjanya membangun negeri melalui pengembangan kawasan.
Pemberian penghargaan Lifetime Achievement kepada tiga nama besar di panggung bisnis properti di Indonesia ini diprakarsai oleh PT Bank Tabungan Negara (BTN) bersama mitranya Indonesia Property Watch. Acara pemberian penghargaan ini berlangsung di Jakarta, Senin tanggal 13 September 2017 lalu. “Kami ingin memberi nilai lebih dan menjaga momentum. Diharapkan penilaian terhadap pengembang memberi semangat baru bahwa dia telah dinilai baik sehingga memberi semangat dan motivasi agar pengembang lain ikut serta,” kata Direktur Utama Bank BTN Maryono di ujung acara sebagaimana dilansir oleh banyak media.