Bacaan Lukas 10:25-37
PADA suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus kepadanya: “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?” Jawab orang itu: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Kata Yesus kepadanya: “Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.” Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: “Dan siapakah sesamaku manusia?” (Luk.10:25-29)
Kutipan sabda ini merupakan pengantar munculnya pengajaran tentang “perumpamaan orang Samaria yang Murah Hati.” Sabda ini tertuju kepada orang-orang Yahudi (Farisi) yang mendudukkan diri sebagai bangsa terpilih dan bersikap sangat ekslusif. Mereka menganggap sesama adalah sebangsa dan sesuku, alias sama-sama orang Yahudi.
Orang Samaria yang mereka anggap ‘lebih rendah derajadnya” karena bukan sebangsa dan tak mungkin mendapatkan keselamatan itu justru menampilkan hidup yang amat peduli terhadap orang lain, walau pun orang itu bangsa Yahudi. Orang Samaria menganggap semua adalah sesama dan wajib untuk mendapatkan per-HATI-an, apalagi pada saat menderita dan membutuhkan pertolongan.
Semoga kita pun mampu untuk menjadi sesama bagi siapa pun juga, tanpa membeda-beda, melalui perbuatan baik kita.
Semerbak indah harum mewangi,
warna putih bunga melati.
Jika hidup saling menyayangi,
niscaya bakal damai di hati.
dari Papua dengan cinta,
Berkah Dalem, rm.is
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)