“Segala perkara dapat kutanggung dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. Namun, baik juga perbuatanmu bahwa kamu telah mengambil bagian dalam kesusahanku.” (Fil 4,13-14)
SEKITAR dua bulan lalu, seorang nenek yang berusia 85 tahun ditemukan tewas karena menggantung diri di Solo. Hasil visum tidak memberikan petunjuk bahwa kurban telah dianiaya. Tidak ada tanda-tanda tindakan kekerasan dalam diri jenasah. Kematian nenek ini murni bunuh diri, karena tidak kuat menanggung penyakit yang diidapnya bertahun-tahun.
Seorang peserta Indonesian Idol juga hilang. Sebelum gilang, orang ini menuliskan ratapan, “Badai pasti berlalu dan roda pun pasti berputar sabar dan ikhlas.” Orang-orang dekatnya menduga bahwa orang ini sedang menanggung beban hidup yang berat. Beberapa artis lain nampaknya juga mempunyai pengalaman yang sama, yakni menghadapi perkara yang berat. Beberapa di antara mereka sampai ada keinginan untuk bunuh diri dan yang lain sempat masuk penjara.
Perkara atau persoalan hidup selalu ada dan sering dihadapi oleh banyak orang, baik laki-laki atau perempuan; orang muda, dewasa atau orang tua/lansia; orang biasa, pemuka agama, pejabat atau artis. Bahkan, St. Paulus pun tidak bisa lepas dari berbagai macam perkara yang harus dia hadapi di dalam hidupnya. Tidak seorang pun yang bisa kebal dari berbagai macam perkara atau persoalan hidup.
Setiap orang nampaknya mempunyai perkara atau persoalan hidup sendiri-sendiri, entah berkaitan dengan kesehatan, penyakit, penghasilan, pekerjaan, pasangan hidup, pendidikan anak, relasi dengan teman kerja atau tetangga, hutang piutang, dsb. Ada perkara yang bisa diselesaikan dengan cepat, ada yang bisa diselesaikan untuk sementara waktu; ada perkara yang ringan dan ada yang berat; ada yang terjadi dalam lingkup keluarga, ada juga yang menyangkut kepentingan orang banyak; ada yang bisa diselesaikan dengan cara kekeluargaan, ada juga yang diselesaikan lewat jalur hukum.
Berhadapan dengan berbagai macam perkara atau persoalan hidup, sementara orang sering merasa lelah dan capai; kehilangan banyak daya dan tenaga, semangat dan pengharapan; setiap hari hanya bisa mengeluh dan meratap; yang dirasa hanyalah kekecewaan dan keputusasaan. Orang seringkali tidak hanya berhadapan dengan satu perkara, tetapi dengan berbagai macam perkara atau persoalan hidup yang bertumpuk-tumpuk, sehingga menjadi beban hidup yang tidak tertanggungkan.
Banyak dan beratnya beban hidup sering mendorong sementara orang untuk mengambil jalan pintas dan cara cepat untuk mendapatkan pelepasan atau pembebasan, yakni bunuh diri. Mereka berpikir bahwa bunuh diri merupakan jalan satu-satunya untuk mengatasi perkara atau persoalan yang ada. Orang tidak mampu lagi berpikir dengan jernih untuk menemukan solusinya; tidak mempunyai kehendak kuat untuk berusaha; tidak mempunyai kemampuan untuk merasakan sakit dan pahit; tidak percaya lagi bahwa ada orang lain yang bersedia memberikan uluran tangan. Bahkan tidak lagi berpaling kepada Allah dan percaya kepada-Nya, yang sanggup membantu dan meringankan beban hidupnya.
Santo Paulus mampu dan kuat menghadap berbagai macam perkara atau persoalan hidup yang sulit, bukan karena mengandalkan tenaga dan kemampuan dirinya sendiri, tetapi dia mengandalkan Allah dan sesamanya. Paulus percaya bahwa Allah sanggup meringankan beban hidupnya; dia juga berterimakasih atas uluran tangan banyak orang untuk meringankan beban hidupnya.
Perkara atau persoalan apa saja yang selama ini aku hadapi di dalam hidup, tugas dan pelayananku sampai saat ini? Sejauh mana saya mampu menanggungnya dan bagaimana saya bersikap atas perkara dan persoalan hidup tersebut? Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)