PERTEMUAN Bina Iman Usia Dini (BIUD) Keuskupan Malang di Regio Timur, yang terdiri dari 11 paroki dan satu calon paroki, sudah menjadi acara dua tahunan yang biasa diselenggarakan. Pada tahun 2017 ini, Paroki Bondowoso didapuk menjadi tuan rumah bagi penyelenggaraan ini ini.
Hari H sudah ditentukan, yaitu 28-29 Oktober 2017. Mengapa tanggal ini? Ini karena sekaligus juga berkaitan dengan Hari Sumpah Pemuda. Juga karena merupakan sebuah acara besar, tidak heran bila Paroki Bondowoso sudah membentuk kepanitiaan setahun sebelum hari H. Panitia bekerja keras untuk terselenggaranya acara ini dengan menyusun sebuah rancangan yang cukup detil, bahkan disiapkan plan B kalau seandainya cuaca tidak memungkinkan karena hujan.
Jalannya pertemuan
Hari Sabtu, 28 Oktober 2017, para peserta sudah mulai berdatangan sejak pukul 13.00 WIB. Mereka datang dengan penuh antusias, tampak pada keceriaan para peserta (yaitu anak-anak dan para pembinanya). Begitu datang mereka disambut dengan ramah oleh panitia dan langsung diajak berfoto di ‘booth’ yang sudah disediakan.
Karena jumlah peserta dan nama-nama sudah dikirim terlebih dahulu ke Sekretariat Panitia maka urusan registrasi menjadi tidak ribet dan berjalan cepat, sehingga mereka bisa langsung diantar ke tempat mereka menginap (yaitu aula paroki dan ruang-ruang kelas di SMPK Indra Prastha yang sudah dibuat sedimikian rupa menjadi tempat tidur). Mereka langsung mempersiapkan diri untuk acara yang akan dimulai pada sore dan malam hari.
Tepat pada pukul 18.15 acara yang ditunggu-tunggu dan dipersiapkan masing-masing paroki berjalan, yaitu Pawai Lampion Keliling Kota Bondowoso. Romo Vikep Regio TImur, Rm Suwaji O.Carm memberangkatkan para peserta.
Dengan seragam yang bagus-bagus dan unik (yang kebanyakan dibuat dari barang-barang bekas) anak-anak berpawai dengan lampionnya keliling kota sambil menyanyikan “lagu-lagu wajib nasional”.
Acara ini begitu menarik perhatian masyarakat umum untuk melihatnya. Sekitar pukul 20.00 anak-anak sudah mulai kembali ke tempat finis,yaitu halaman Gereja Katolik Santo Yohanes Penginjil Bondowoso.
Acara dilanjut dengan penampilan performing art dari masing-masing kontingen. Kreativitas dan antusiasme mereka pantas diacungi jempol. Oh ya, pawai lampion ini dilombakan, dengan juri yang diambil dari pembina masing-masing kontingen, sehingga diharapkan penilaiannya menjadi lebih objektif.
Selesai dengan performing art acara dilanjut dengan lomba yel-yel dari masing-masing paroki. Sungguh, yel-yel yang mereka ciptakan benar-benar kreatif, baik dari segi kata-kata maupun gerak-gerik yang mengiringinya. Acara lomba yel selesai, mereka diberi kesempatan untuk beristirahat.
Pada saat mereka beristirahat di tempat masing-masing, panitia telah mempersiapkan Lomba Ketertiban. Kontingen mana yang paling tertib menaati waktu, tidak berisik ketika beristirahat malam, menjaga kebersihan tempat tidur dan lingkungan adalah kriteria penilaian dari Lomba Ketertiban ini.
Dan hasilnya adalah Paroki Curahjati – Banyuwangi menjadi juaranya.
Misa pagi hari
Hari Minggu, 29 Oktober 2017, pada pukul 04.00 dinihari anak-anak sudah dibangunkan yang dilanjutkan dengan senam pagi dan mandi. Pukul 07.00 WIB para peserta mengikuti Perayaan Ekaristi. Para romo yang hadir berkonselebrasi memimpin ekaristi. Semua petugas liturgi adalah anak-anak. Selesai misa semua peserta berfoto bersama di depan gereja, yang dilanjutkan dengan makan pagi.
Pada pukul 09.30 WIB semua peserta menuju alun-alun kota Bondowoso, untuk bermain bersama. Panitia telah mempersiapkan lima permainan yang bersifat fun dan bertujuan untuk mengajak anak-anak semakin akrab dan bisa bekerja sama. Karena tujuannya demikian maka anggota tiap kelompok (yang dinamai dengan nama-nama penganan jajan pasar) terdiri dari 12 paroki yang ada, kelompok baur.
Anak-anak senang bukan main
Sebagaimana sudah dipredikisi, acara permainan ini sungguh membuat anak-anak bergembira (sesuai dengan tema pertemuan “Bergembira bersama Yesus”) dan bisa akrab satu sama lain biarpun berasal dari paroki yang berbeda-beda. Acara ini pun menarik perhatian masyarakat umum untuk melihatnya. Setelah bermain anak-anak digiring untuk mandi, karena disamping berkeringat mereka juga kotor akibat permainan yang ada, yang dilanjutkan dengan makan siang.
Pada waktu mereka sudah berkumpul di aula paroki (patut diacungi jempol pada panitia, karena aula yang malamnya diset untuk tempat tidur, pada waktu berkumpul untuk acara penutupan, aula sudah bersih dan tertata rapi), anak-anak ditanya oleh pastor Paroki Bondowoso (Rm L. Heru Susanto, Pr) pada kesempatan sambutannya:
- Anak-anak, apakah semuanya merasa senang?”
- Dan dijawab serentak: Senaaaaang.
- Menurut kalian acara seperti ini diselenggarakan tiap berapa periode sekali?
- Ada yang menjawab: “Seminggu sekali.”
Ha..ha…ha…ha dasar anak-anak.
Yang jelas dari pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh pastor paroki Bondowoso kepada anak-anak dan pembina, pada kesempatan penutupan acara, mengindikasikan bahwa acara ini pantas dilanjutkan secara periodik.
Dari pengumuman lomba-lomba yang diselenggarakan, Paroki Bondowoso, menjadi juara umum.
Dari kelakar para Pembina (yang muncul dari WA Grup para Pembina Bina Iman Regio Timur), salah satunya berbunyi begini: Karena Bondowoso juara umum, tuan rumah berikutnya tetap Bondowoso. Candaan itu rupanya efek dari kepuasan para peserta atas penyelenggaraan pertemuan ini. Salah satu kesan umum dari para peserta terhadap panitia penyelenggara adalah: panitianya ramah dan tepat waktu!
Acara pertemuan sudah usai, diharapkan acara ini bukan sekedar untuk bergembira tetapi sekaligus juga ‘investasi masa depan’ terhadap anak-anak. Penulis yakin bahwa acara-acara seperti ini akan dikenang oleh anak-anak seumur hidupnya.
Catatan: Regio Timur Keuskupan Malang adalah wilayah timur dari Keuskupan Malang yang terdiri dari 11 paroki dan satu calon paroki: Probolinggo, Lumajang, Tanggul, Jember, Ambulu, Genteng, Jajag, Curahjati, Banyuwangi, Bondowoso, Situbondo dan satu calon paroki: Kraksaan.