Rabu, 15 November 2017
Bacaan: Keb 6:2-11; Mzm 82:3-4.6-7; Luk 17:11-19.
Renungan
KITAB Kebijaksanaan hari ini mengajak kita merenungkan pentingnya kebijaksanaan sebagai seorang pemimpin. Allahlah yang memberikan kekuasaan kepada para pemimpin; Allah juga yang akan menuntut pertanggungjawaban dari para pemegang kekuasaan ini.
Seorang pemimpun harus sadar bahwa penguasaan diri terhadap tutur kata dan perbuatan sangat berpengaruh pada cara ia memimpin. Persoalan pertama-tama bukanlah soal SOP ataupun mekanisme, tetapi ada pada cara hidup pemimpinnya. Pemimpin yang tidak mampu mengendalikan pikiran, emosi dan tingkahlagu akan mempersulit komunitas dan menjadi batu sandungan. Sebaliknya pemimpin yang mampu menguasai diri, ia mampu memimpin komunitas. Penguasaan diri ini akan berpengaruh pada relasi dengan yang dipimpinya dan pengambilan-pengambilan keputusan penting.
Menjadi seorang pemimpin jemaat, komunitas dan keluarga adalah sebuah kepercayaan dan anamat dari Allah untuk kita. Janganlah kita sembrono ataupun gegabah dalam melaksanakan tanggungjawab kepemimpinan, terutama di dalam Gereja; karena hidup kita itu berdampak bagi hidup jemaat, menyangkut keselamatan hidupnya.
Kontemplasi
Renungkanlah kata-kata Kebijaksanaan bahwa Allah akan meminta pertangungjawaban atas kekuasaan yang Ia berikan.
Refleksi
Bagaimana aku melaksanakan fungsiku sebagai seorang pemimpin jemaat, komunitas ataupun keluarga? Apakah aku mampu menguasai diriku dan membangun relasi dengan semua orang?
Doa
Ya Bapa, semoga aku boleh semakin mengusai diri dan belajar menjadi seorang pemimpin yang baik dan bijak. Amin.
Perutusan
Aku memohon rahmat penguasaan diri dan rahmat kebijaksanaan supaya dapat menjadi pemimpin yang baik (Morist MSF)
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)