Berita tentang Romo Djonowasono “Hilang”: Itu bukan Reuni Dadakan, Kata Krissantono

0
1,396 views
Reuni alumni Seminari Mertoyudan kelas CP 1957 di area Domus Patrum seminari, tanggal 27 November 2017. (Ist)

BERIKUT ini informasi dari Krisssantono, alumnus Seminari Mertoyudan CP tahun 1957, untuk memberi  klarifikasi sekaligus keterangan tambahan agar ‘duduk perkara’ tentang kabar ‘hilangnya’ Romo Djonowasono Pr dari Wisma Kasepuhan “Santo Petrus” menjadi jelas bagi semua pihak.

Latar belakangnya

Rabu malam kemarin (29/11) dan ketika hari  sudah sangat larut menjelang pergantian malam,  Redaksi  banyak  menerima notifikasi  dan pertanyaan dari  puluhan pembaca dan umat mengenai validitas  sebaran ‘maklumat’ yang dirilis Romo Rektor Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan  Yogyakarta.

Baca juga:   Sempat Diberitakan “Hilang” Jejak, Romo Ign. Djonowasono Pr Sudah Ditemukan Kembali

Pesannya ‘maklumat’  itu sangat jelas, demikian sebaran Romo Djoko Setyo Prakosa Pr selaku Rektor Seminari Tinggi, agar siapa pun yang tahu keberadaan Romo Djonowasono Pr agar bisa segera menontak beliau.  Sebaran itu disertai nomor kontak Romo Rektor Seminari Tinggi Kentungan dan pada pukul berapa Romo Djonowasono mulai dinyatakan ‘tidak ada’.

Sesaat menjelang tidur namun karena terjadi urgensi berita, Redaksi segera mengontak beberapa imam senior diosesan KAS menjelang pergantian hari. Namun, hanya seorang imam di Seminari Tinggi yang akhirnya merespon pertanyaan soal validitas sebaran tersebut. Hingga Kamis malam tidak ada imam diosesan lain yang merepon pertanyaan Redaksi soal validitas sebaran ‘maklumat’ hilangnya Romo Djonowasono Pr.

Suasana reuni alumni CP 1957 Seminari Mertoyudan tanggal 27 November 2017. (Ist)

Klarifikasi Krissantono

Berikut ini keterangan  Krissantono –alumnus CP tahun 1957 Seminari Mertoyudan di Magelang—perihal  berita “hilangnya” Romo Djonowasono  Pr tersebut.

“Izinkan saya  mau meralat berita Sesawi Net atas berita   “hilangnya” Romo Djono Wasono Pr.  Tidak ada “reuni mendadak” CP 57. Reuni ini sudah lama kami rencanakan. Romo Rektor Mertoyudan dan  Superior SJ di Girisonta sudah kami lapori,” demikian keterangan tertulis Krissantono kepada Redaksi usai pergantian hari, Jumat (1/12/17) pukul 01.15 WIB.

Masalahnya adalah bahwa Panitia Reuni CP 57 itu tidak tahu kondisi kesehatan terakhir Romo  Djonowasono Pr yang ternyata sudah sering mengalami dementia.

“Jadi, waktu kami jemput beliau, kami juga  tanyakan kepada beliau: Apakah  sudah izin atasan atau belum. Dan dijawab: ‘sudah’,” demikian tulis Krissantono.

“Dan kami anggap itu jawaban benar,” tulisnya lebih lanjut.

Krissantono tidak sependapat dengan istilah tanpa ba-bi-bu terus dibawa, seolah-olah  ajakan itu mirip ‘menculik’  pastor.

Suasana reunian alumni CP Seminari Mertoyudan di Domus Patrum. (Ist)

“Namun memang ada ‘keanehan’,” tulis Krissantono lagi, “karena beliau (baca: Romo Djonowasono Pr)  tidak  membawa selembar ganti pakaian dll dan karenanya lalu  kami carikan ganti pakaiannya,” tulisanya.

Reunian kangen-kangenan itu sendiri berlangsung hangat  di Seminari Mertoyudan sampai pukul 14.00 WIB dan lalu diteruskan ke Girisonta untuk kemudian nyekar para guru para alumni CP 1957 yang sudah sumare  (meninggal dan dimakamkan) di Kerkop Girisonta.

Rombongan peserta reunian CP 1957 juga menyempatkan diri  sowan Bapak Kardinal Julius Kardinal Darmaatmadja SJ dan & Julianus Kema Sunarka SJ –keduanya rekan para anggota reunian itu.

Keluarga alumni Seminari Mertoyudan kelas CP 1957 datang berkunjung ke Wisma Kasepuhan “Emmaus” Kolese Stanislaus Girisonta dan menemui Kardinal Julius Darmaatmadja SJ dan Mgr. Julianus Sunarka SJ. (Ist)

“Nah, dalam perjalanan pulang dari Girisona menuju Yogyakarta itulah, kami baru tahu bahwa ada berita Romo Djoko Setyo Prakosa –Rektor Seminari Tinggi Santo Paulus Kentungan— telah mencari-cari  dimana keberadaan Romo Djonowasono Pr,” tulis Krissantono.

“Usai kami melakukan komunikasi  dengan Romo Rektor Seminari Tinggi Kentungan dan Romo Rektor Seminari Menengah Mertoyudan, maka semua masalah  menjadi clear bagi semua,” tulis Krissantono.

Syukur atas 60 tahun

Reunian itu diadakan dalam rangka syukur 60 tahun, karena para alumnus CP 1957 itu telah   menerima semen –kata bahasa Latin untuk ‘bibit’—yang sama di Seminari Mertoyudan.

Dan  bibit-bibit itu telah bersemi dan bertumbuh sampai kini.

Karena itu, para anggota acara reunian CP 1957 itu mengadopsi tema reuni “Bersemi dan Bertumbuh Sampai Kini”.

Meski, benih-benih  itu (pada awalnya) sama, namun  ternyata menurut kehendak-Nya, bibit-bibit itu akhirnya menjadi pohon jenis-jenis berbeda-beda. Ada ‘pohon’ dengan label sebagai  imam, lawyer, wartawan, seniman, politisi, dosen.

“Saya pikir (semangat seperti) ini bukan saja milik CP 57, tetapi berlaku untuk kita  semua grup Merto ini. Demikian sedikit penjelasan dari saya sebagai ‘bidel’ (baca: ketua kelompok baya) CP 57.  Berkah Dalem,”  tulis  Krissantono mengakhiri keterangannya.

Dengan demikian ‘duduk perkaranya’ sudah menjadi jelas bagi kita semua.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here