“Colors of Christmas: Peace & Blessing”, Konser Natal 2017 PUKAT KAJ dalam Kemasan Panggung Hiburan (3)

0
1,341 views
Penampilan permainan harpa oleh Regina Handoko, instrumen biola oleh Michelle Siswanto dan penyanyi Henny Janawati asal Bali di gelaran pentas musik Konser Natal 2017 "Colors of Christmas: Peace & Blessing" di Ciputra Artpreneur, Jakarta, Minggu 10 Desember 2017. (Angelus Agustinus/Dok Panitia)

DI tengah panggung bagian depan sudah tersedia alat musik harpa. Sejenak kemudian,  muncullah Regina Handoko. Ia lalu mengisi ruang tengah panggung Konser Natal 2017 Colors of Christmas: Peace and Blessing.

Entah kapan, secara historis harpa selalu ‘terkait’ dengan perempuan. Namun yang jelas, kaum hawa selalu mendapat kepercayaan untuk memainkan alat musik petik yang konon eksistensinya sudah dikenal ribuan tahun sebelum tarikh Masehi.

Di setiap konser musik mana pun, harpa selalu dimainkan oleh musisi perempuan. Justru karena itu, penampilan visual sang harpist lalu menjadi urusan penting. Apakah itu wajahnya, lekuk postur tubuh, dan terlebih busana dan segenap aksesorinya yang harus dikenakan sang harpist saat tampil di sebuah konser musik.  Pokoknya, semua itu akan selalu menjadi pusat perhatian.

Harpist selalu menawan

Dalam sejarah jagad musik di Indonesia, sejauh memori mampu mengingat, semua musisi harpist selalu tampil très chic (menawan). Tidak hanya dalam keseharian, melainkan lebih-lebih saat mereka bermain harpa di atas panggung pentas.

Baca juga:

“Colors of Christmas: Peace & Blessing”, Cara PUKAT KAJ “Menerjemahkan” Kekuatan Iman (2)

Sebut saja misalnya Heidy Awuy dan Maya Hasan pada awal-awal ketika permainan harpa ini baru mulai dikenal hingga kemudian datanglah “Zaman Now”  ketika generasi berikutnya mulai bermunculan dan mengukuhkan dirinya sebagai harpist seperti –misalnya– Angela July dan Regina Handoko.

Penyanyi sekaligus pemain harpa: Regina Handoko. (Angelus Agustinus/Dok Panitia)

Kali ini, Konser Natal 2017 “Colors of Christmas: Peace & Blessing” besutan PUKAT KAJ (Profesional dan Usahawan Katolik Keuskupan Agung Jakarta) yang berlangsung di Ciputra Artpreneur (10/12/17) menggandeng harpist Regina Handoko.

Sesaat setelah ia datang muncul dari balik panggung di sisi kiri dan kemudian mengambil posisi di bagian depan tengah panggung konser, maka Regina langsung mampu mengisi panggung konser itu dengan atmosfir keanggunan. Ia tampil très chic dengan balutan busana long dress berkelas hasil pabrikan rumah mode Parang Kencana.

Harpa dan perempuan adalah bak dua sisi pada sekeping uang.

Paduan keanggunan dan kesyahduan

Bahu Regina Handoko –sesuai model busana besutan Parang Kencana– sengaja dibiarkan terbuka dan menjadi sedikit berkilauan berkat efek pendaran sinar lampu dari atas. Semua pesona  itu semakin menjadikan lengkap  tampilan Regina Handoko sebagai pusat perhatian. Penampilannya kian menarik, begitu ia mulai memetik dawai-dawai berukuran besar dengan jari-jarinya yang lentik.

Sejenak tinggalkan harpanya, Regina Handoko (tengah) tampil menyanyi bersama Henny Janawati (kiri) dengan iringan biola oleh Michelle Siswanto (kanan). Ketiganya tampil anggun dengan balutan busana berkelas produk pabrikan rumah mode Parang Kencana. (Angelus Agustinus/Dok Panitia)

Keanggunan penampilan seorang harpist plus atmosfir kesyahduan sebuah tembang Natal yang dianggap ‘klasik’ mencuat di atas panggung. Itu terjadi, ketika Regina Handoko melantunkan O Holy Night.

Di sini menjadi jelas bagi sekalian penonton, bahwa Regina Handoko itu ternyata bukan hanya seorang harpist. Lebih dari itu, ia juga mampu menampilkan diri sebagai penyanyi dengan kapasitas modal vokal yang sangat bagus.

Regina Handoko juga punya kapasitas unggul sebagai penyanyi. (Angelus Agustinus/Dok Panitia)

Paduan keanggunan dan indahnya pesona tarik suara Regina Handoko kembali berulang mengisi panggung, ketika ia memainkan komposisi bertitel  Mary’s Boy Child. Kali ini, Regina berkolaborasi apik dengan Michelle Siswanto pada instrumen biola, gaung paduan suara kelompok The Resonanz Children’s Choir, dan alunan suara Henny Janawati.

Aksi teatrikal penyanyi asal Bali: Henny Janawati yang punya karakter suara khas. (Angelus Agustinus/Dok Panitia)

Henny —penyanyi asal Bali ini–  mengawali suasana itu dengan tembangnya There’s No Place Like Home for the Holidays – sebuah tembang lawas yang pernah disuarakan oleh Perry Como. Tak lama kemudian, penyanyi Farman Purnama meneruskan atmosfir tersebut di panggung dengan tembang It’s Beginning to Look a Lot like Christmas yang pernah dipopulerkan oleh Johnny Mathis.

Pentingnya properti

Konser Natal 2017 PUKAT KAJ ini mengusung tema Colors of Christmas: Peace & Blessing. Seiring dengan ‘warna-warni’ atmosfir Natal, konser musik itu sendiri sangat intens ditandai dengan aneka pernak-pernik properti yang menarik.

Lihat saja di pojok panggung ada hiasan pohon cemara dengan seonggok ‘salju’ yang menutupi sebagian besar daunnya. Lalu, tampilan visual multi media yang memberi aksentuasi kuat agar konser itu menjadi semakin menarik sebagai tontonan yang menghibur.

Misi konser Colors of Christmas: Peace & Blessing adalah mengusung semangat belarasa dan niat  berbagi kasih. Semua keuntungan bersihnya akan dimanfaatkan untuk membiayai program pengembangan kapasitas guru dan aneka program lainnya di kawasan Indonesia Timur yang selama ini diampu oleh PUKAT KAJ melalui sejumlah ‘organisasi turunannya’. Namun, yang namanya sebuah konser musik dengan audiens penonton yang ingin menikmati hiburan berjenis permainan musikal, maka ‘rumus baku’ protokol performing arts ikut bicara dan menjadi dominan.

Tata cahaya apik dan pernak-pernik aksesori properti menjadi urusan penting dalam manajemen pementasan gelaran seni di atas panggung. Urusan penting ini juga menjadi perhatian manajemen di belakang layar Panitia Christmas Concert (PCC) PUKAT KAJ dalam gelaran “Colors of Christmas: Peace & Blessing” di Ciputra Artpreneur Theater, Minggu 10 Desember 2017. (Angelus Agustinus/Dok Panitia)

Itulah sebabnya, mengapa Reymund Levy sampai serius berjibaku menciptakan aneka program visual multi media yang mampu memberi aksentuasi tersendiri di layar panggung. Lalu, rumah mode batik Parang Kencana ikut  mendandani semua penyanyinya dengan aneka kostum pilihan bernuansa mewah sekaligus anggun.

Semua itu ada di atas panggung hiburan.

Di luar panggung pentas, tak ketinggalan upaya serius juga telah dipraktikkan oleh setiap anggota PUKAT  Christmas Concert (PCC). Mereka pun juga ingin tampil très chic. Apakah itu yang didapuk menjadi  ushers (penerima tamu) dan greeters (penyapa tamu).

Itulah sebabnya mengapa semua anggota panitia pria lalu tampil berkelas dengan setelan jas hitam plus dasi. Sedangkan, anggota panitia perempuan sepakat semuanya ‘harus’ berbusana serba hijau pupus.

“Kali ini,” demikian kata Kumala, “kami ingin tampil menawan dengan warna ijo royo-royo,” sambung perempuan yang berprofesi notaris ini. (Berlanjut).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here