Lentera Keluarga – Hikmat Stefanus

0
1,443 views

Selasa, 26 Desember 2017.  PW St Stefanus Martir.
Bacaan: Kis 6:8-10;7:54-59; Mzm 31:3cd-4.6.8ab.16b.17; Mat 10:17-22

Renungan

TEPAT setelah natal, Gereja mengundang kita merenungkan kemartiran St Stefanus. Ia adalah anggota dari 7 diakon yang dilantik untuk melayani meja dan memperhatikannorang miskin. Namun hikmat dan imannya akan Yesus tak terbantahkan bahkan di depan Sanhendrin.  Ia menjadi proto-martir: martir pertama sebelum masa-zaman kemartiran. Gereja mengajak kita bahwa iman akan YX mencakup pula iman akan Natal, dan pewartaan kebenaran Natal ini kadang menuntut pemberian diri sampai tuntas.

Natal adalah peristiwa menggembirakan dan membawa damai. Tidak ada satupun yang menakutkan keluar dari peristiwa natal. Tetapi natal juga menjadi “ancaman” bagi sikap radikalisme sempit, sebagaimana ditunjukan oleh Sanhedrin atau mereka yang ada di seputar natal. Menolak natal berarti menolak kenyataan sejarah nyata pemenuhan rencana Allah dalam diri YX. Sebaliknya menerima natal berarti menerima sejarah akan lahirnya seorang anak yang bernama Yesus ke dalam dunia ini. Dan penerimaan ini dapat bercariasi: ada yang melihatnya sebagai kelahiran biasa, kelahiran ajaib seorang hamba Allah atau kelahiran Sabda Allah dalam bentuk pribadi manusia.  Bagi kita orang kristen, kita mengamini dan mengimani kehadiran Yesus sebagai pemenuhan janji Allah, karena dengan jelas KS yang ditulis berbad-abad oleh beberapa penulis atas inspirasi Roh Kudus merujuk dan terpenuhi dalam pribadi Yesus Kristus.

Berhadapan dengan sikap penolakan dan permusuhan terhadap kebenaran sejarah dan kebenaran  iman ini, sikap kemartiran Stefanus mengundang kita untuk setia pada kebenaran, pengampun dan menyerahkan siri kepada Tuhan. Kebenaran iman ini jelas dalam  ungkapan Stefanus pada akhir hidupnya “Sungguh, aku melihat langit terbuka, dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.”

Kontemplasi

Gambarkan bagaimana kegigihan Stefanus mempertanggungjawabkan imannya berhadapan dengan radikalisme sempit orang-orang yahudi pada waktu itu.

Refleksi

Bagaimana sikapku dan keluargaku ketika menghadapi sikap radikalisme sempit ini?  Apa inspirasi iman yang dapat kupetik dari St Stefanus?

Doa

Ya Bapa, semoga Roh KudusMu senantiasa memperkuat imanku, terutama ketika berhadapan dengan sikap sikap radikalisme sempit. Amin.

Perutusan

Kembangkan sikap keteguhan iman, pengampun dan penyerahan ketika berhadapan dengan sikap radikalisme sempit (Morist MSF)

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here