Markus 1:21-28
Mereka tiba di Kapernaum. Setelah hari Sabat mulai, Yesus segera masuk ke dalam rumah ibadat dan mengajar. Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat. (Mrk.1:21-22)
TUHAN Yesus tidak mengajar seperti para rabi (guru Yahudi) lainnya, juga tidak seperti para ahli Taurat. Yesus mengajar sebagai orang yang berkuasa atau lebih tepatnya sebagai orang yang berwibawa. Kewibawaan-Nya terletak pada tindakan dan karya-Nya. Tuhan tidak hanya berkata-kata, Ia menyempurnakan dengan karya mujizat-Nya. Ia tidak hanya pandai mengajarkan tetapi menghayati dan melaksanakan.
Sahabat-sahabat pelita hati,
Dalam hidup kita, kewibawaan amat diperlukan. Wibawa bukan karena penampilan, jabatan, kedudukan apalagi kekayaan. Kewibawaan sejati harus muncul dari ‘dalam’ alias dari hati sanubari kita. Orang yang hidup dengan kerendahan hati akan memancar keluar dalam wibawanya. Rendah hati berarti melakukan apa yang diucapkan dan diajarkan. Persis inilah yang menjadi komitmen Tuhan. Ia tidak hanya pandai mengajarkan tentang cinta kasih dan pengorbanan, karena Ia telah memberikan contoh dan teladan bercinta kasih dan berkorban. Hal-hal inilah yang tak pernah ditemukan dalam diri para Farisi dan ahli Taurat yang senang meletakkan beban beban berat di pundak umat.
Semoga kita pun mampu membawakan diri sebagai murid-murid-Nya yang berwibawa dalam iman.
Teman sejati selalu menguatkan,
dalam kegagalan dan keterpurukan.
Iman sejati harus diwujudnyatakan,
dalam perbuatan kebaikan.
dari Papua tanah terberkati,
Berkah Dalem, rm.istoto
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)