APAKAH pernah terpikir dalam diri anda bagaimana suara Yesus waktu mengajar hingga bisa didengar oleh banyak orang yang duduk mendengarkan Dia? Mari kita simak perikop Injil Matius 5: 1 – 12.
Di situ tertulis,”Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka….”
Berapa persisnya yang datang? Coba kita lihat cerita sebelumnya yakni di Matius 4:25.
Di situ tertulis,”Maka orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. Mereka datang dari Galilea dan dari Dekapolis, dari Yerusalem dan dari Yudea dan dari seberang Yordan.”
Tidak jelas berapa jumlah persisnya yang datang untuk mendengarkan Yesus. Yang jelas mereka datang berbondong-bondong. Itu kiranya menggambarkan bahwa banyak orang yang mengikuti Yesus.
Belum ada loud-speaker
Saya tidak akan membahas khotbah Yesus yang ditulis oleh Santo Matius dari bab 5–7 karena saya bukan ahlinya. Saya juga tidak mau syering pengalaman setelah membaca khotbah-khotbah Yesus itu. Saya hanya mau membahas bagaimana mungkin orang-orang itu bisa mendengar apa yang dikatakan Yesus di zaman yang pada saat itu belum semodern sekarang dengan segala alat-alat yang canggih.
Pada waktu itu belum ada sound system. Bagaimana bisa? Orang-orang itu dikabarkan mendengar dengan baik karena dalam Matius 7:28–29 tertulis, ”Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.”
Benar khan. Orang bisa mendengar. Apakah suara Yesus seperti suara raksasa sehingga orang banyak dapat mendengarkanNya? Memang benar bahwa Yesus berkuasa dan sakti. Tapi kan Dia manusia juga. Bagaimana bisa?
Sound system Alami
Sewaktu saya mengunjungi “Gereja Delapan Sabda Bahagia” di bukit di dekat Danau Galilea saya baru dapat mengerti. Ini jawaban yang sederhana dan logis.
Konon, Yesus mengajar pada murid itu tidak dari atas, tetapi dari bawah (bagian lembah dari perbukitan). Nah, orang-orang yang datang untuk mendengarkannya justru berada di atas.
Sewaktu Yesus berbicara (ke arah atas), suara dipantulkan lagi oleh bukit-bukit yang ada di atas di sekitar Danau Galilea.
Jadi, dengan dua metode itu, yakni bicara dari posisi bawah, lalu suaranya dipantulkan oleh bukit di sekitarnya, memungkinkan suara Yesus dapat didengar oleh orang banyak.
Berkomunikasi dengan orang
Hal ini setidaknya mengajari saya tentang bagaimana berkomunikasi dengan orang lain. Berkomunikasi tidak hanya tentang isi apa yang akan kita sampaikan, tetapi cara bagaimana isi yang kita sampaikan bisa didengar dan dimengerti dengan baik oleh orang lain. Isi yang baik akan sia-sia jika tidak bisa didengar dan dimengerti dengan baik. Maka, orang memang harus kreatif mencari cara untuk berkomunikasi.