TIGA tahun menjadi Ketua Stasi Santa Faustina Asam Merah, Muara Tebo, Jambi, banyak pengalaman suka dan duka telah dialami Parlin Petrus Sinaga. Menjadi sukacita, ketika umat mendukung kegiatan yang dilaksanakan Gereja. Semangat dan dorongan selalu muncul dari umat.
Namun, saat musim hujan tiba, umat yang datang ke gereja hanya sedikit. Tercatat ada 28 KK di stasi ini dan hanya sekitar 10 KK yang tempat tinggalnya dekat dengan gereja. Umat terjauh dari stasi ini bahkan harus menempuh jarak 25 Km dari rumah ke gereja.
Stasi Santa Faustina ini berdiri tahun 2010. Setahun sebelumnya, keberadaan stasi ini sudah mulai dirintis oleh Pak Rafael, guru honorer di sebuah SD Negeri. Yang dia lakukan adalah kegiatan menelusuri beberapa muridnya yang diketahui Katolik.
Blusukan Tri Hari Suci 2018: Mengalami Keramahan Umat Stasi St. Faustina Asam Merah (6)
Mengurus umat
Ia lalu mendatangi rumah-rumah umat Katolik yang ada saat itu, yakni sekitar 11 KK. Setelah itu, umat diajak berkumpul di rumah Pak Ridho Nadapdap dan dilayani oleh Romo Samandi. Sebelum gereja (kapel) ini berdiri, misa diadakan di rumah-rumah umat.
“Gereja ini dibangun dengan gotong royong seluruh umat dan bantuan dari beberapa umat yang memiliki rezeki lebih. Ada yang memberikan bahan material, materi, dan juga tenaga,” jelas Parlin.
Gereja baru berdiri tahun 2011. Tanah di mana gereja dibangun itu pun merupakan tanah hibah dari Nadapdap.
Meski kondisi jalan tidak bagus dan jumlah umat tidak banyak, namun Parlin selalu berusaha untuk menghidupkan dinamika umat dan Gereja. Bapak dua anak ini bercerita, ketika ada umat yang sakit, pengurus stasi mengajak umat untuk berkunjung, memberi semangat dan doa. Hasilnya, meski umat itu jarang hadir di gereja, hatinya terketuk untuk kembali ke gereja.
“Saya juga selalu mengajak umat untuk memberikan ide, bagaimana agar stasi ini tetap berkembang. Saya tidak akan bisa menjalankan tugas ini tanpa dukungan dari umat,” tuturnya.
Tantangan mendidik orang muda
Perantau asal Aek Kanopang, Labuan Bajo Utara ini berharap, umat bisa cerdas dalam pengembangan iman, terutama pada anak-anak.
Itu karena di daerah Asam Merah, anak usia SD dan SMP sudah banyak yang terjerumus gaya hidup tidak baik, seperti minum minuman keras. Peran orangtua sangat dibutuhkan untuk mengawasi anak-anak, agar tetap beriman kepada Yesus.
“Semoga kebersamaan antarumat tetap terjalin, karena gereja ini dibangun atas dasar kebersamaan,” harap pria berumur 39 tahun ini .(Berlanjut)