SUDAH sering orang beranggapan, ibu-ibu keluarga pekerja migran adalah pribadi-pribadi lemah yang harus dibantu. Namun ternyata realiatas hidup mereka malah menorehkan kisah-kisah heroik yang hebat.
Itulah yang dialami dan dirasakan oleh para peserta pertemuan Karitas Asia yang berjumlah 34 orang dari 13 negara. Itu terjadi, ketika pada tanggal 10 Mei 2018 lalu mereka berkesempatan mengadakan kunjungan ke dua desa dampingan Karitas Keuskupan Ruteng.
Pupuk organik
Desa pertama yang mereka kunjungi adalah Akel. Di sini, ibu-ibu keluarga pekerja migran mendemonstrasikan kemampuan mereka membuat pupuk organik dari bahan lokal setempat seperti daun gamal, batang pisang, cirit ternak. Menariknya, mereka menggunakan mikroorganisme yang ditangkap dengan nasi dari akar bambu.
Proses pembuatan pupuk organik melalui beberapa tahapan tertentu yang sederhana.
Dr. Haridas dari Karitas India yang ahli pertanian organik memuji proses demikian. “Excellent,” komentarnya singkat.
Meski baru didampingi sembilan bulan, empat kelompok ibu keluarga migran di Desa Akel, Paroki Pagal, ini telah menguasai teknik pembuatan pupuk organik dan menggunakannya di lahan kelompok dan lahan kebun pribadi. Hasil sayur-mayur organik mereka bahkan telah membantu peningkatan kesejahteraan hidup mereka.
“Sustainable Agriculture, Exposure Visit, and Learning, Pertemuan Karitas Asia di Ruteng (10
‘Jamal’ dan ‘Jakal’
Desa kedua adalah Lengor, Paroki Beokina. Di sini ibu-ibu keluarga pekerja migran menyeringkan pengalaman hidup sulit mereka yang telah ditinggal suami pergi merantau. Kiriman uang dari suami tersendat-sendat, sementara kebutuhan hidup pendidikan anak tinggi.
Beban hidup mereka sebagai single mother bertambah, bukan hanya karena mendidik anak-anak seeorang diri; melainkan juga karena sering mendapat ‘stigma’ sosial negatif dari masyarakat.
Istilah ‘Jamal’ alias ‘janda Malaysia’ atau ‘Jakal’ (Janda Kalimantan) harus mereka dengar terus-menerus.
Peningkatan kualitas hidup
Setelah didampingi Karitas Ruteng selama hampir dua tahun, maka terjadi perubahan yang menarik. Mereka mengalami adanya peningkatan kualitas hidup.
Satu kelompok bahkan telah berhasil memproduksi pupuk berton-ton. Ada 10 ton yang berhasil mereka jual. Selain itu, kelompok ini memiliki delapan ekor kambing yang menyuplai kotoran ternak untuk bahan dasar pupuk.
Hasil sayur mayur mereka telah dijual ke mana-mana. Kini, mereka bahkan telah memiliki UBSP kecil yang bisa meminjamkan modal pada anggota dengan bunga rendah.
Ibu Elen, ketua kelompoknya, menyeringkan realitas baru itu dengan bangga. “Kini, kami merasa harga diri kami terangkat. Kami bangga dengan kelompok kami,” ungkapnya.
Capacity and spirituality building
Pendampingan Karitas tidak hanya melatih keterampilan (capacity building), tetapi juga mendorong kebersamaan dan solidaritas kelompok (spirituality building).
Kelompok dampingan Ibu Elen ini sungguh solid dan bahkan menjadi penggerak masyarakat. Ibu Elen sendiri terpilih menjadi ketua kelompok basis gerejawi di lingkungannya.
Di Lengor, peserta juga melihat langsung demplot-demplot perkebunan sayur ibu keluarga pekerja migran.
Ketangguhan hidup mereka itulah yang menyentuh para peserta Karitas Asia dari berbagai negara Asia ini.
Kredit foto: Romo Martin Chen/Keuskupan Ruteng.