Keuskupan Banjarmasin Gelar Acara Buka Bersama dan Diskusi Lintas Iman di Kompleks Gereja Katedral

0
787 views
Acara buka puasa bersama dan diskusi antar pemuka lintas iman berlangsung di Kompleks Gereja Katedral Keuskupan Banjarmasin. Bapak Uskup Keuskupan Banjarmasin Mgr. Petrus Boddeng Timang ikut hadir dalam kesempatan ini. (Diakon Tarsy Asmat MSF/Keuskupan Banjarmasin)

UMAT Katolik di Keuskupan Banjarmasin merupakan kelompok minoritas. Meskipun demikian, Keuskupan Banjarmasin selama ini selalu berusaha menjalin relasi  erat dengan pemerintah dan komunitas penganut agama lain.

Dalam rangka mempererat tali persaudaraan itulah, Paroki Gereja Katedral Keuskupan Banjarmasin,  Senin 4/6/2018, mengadakan dua kegiatan sekaligus. Yakni,  aksi bakti sosial bersama Polri dari Polda Kalsel dan kemudian acara berbuka puasa bersama yang sebelumnya didahului dengan acara diskusi lintas iman.

Paginya, rombongan polisi berseragam dinas dari Polda Kalsel telah mendatangi kompleks Gereja Katedral Keuskupan Banjarmasin, sekitar pukul 9.00 WITA. Mereka mengadakan bakti sosia  di sekitar Gereja Katedral. Acara ini digelar dengan ikut hadirnya para imam, anggota Dewan Pastoral, suster dan beberapa umat Katolik.

Acara kaksos bersama anggota Polri Polda Kalsel di halaman Gereja Katedral Keuskupan Banjarmasin. (Diakon Tarsy Asmat MSF/Keuskupan Banjarmasin)

Wendie, polwan anggota Polda Kalsel, ikut dalam kegiatan baksos ini dan mengatakan demikian.  “Kegiatan baksos ini memang dilaksanakan dalam rangka Hari Bhayangkara Polri yang  akan diperingati tiga pekan  lagi. Akan tetapi, Polri juga ingin hadir untuk semua kalangan masyarakat dan memberi rasa nyaman bagi setiap masyarakat apa pun agamanya,” katanya.

Buka puasa bersama

Sore harinya, sebelum buka puasa bersama, berlangsung diskusi  seru antara umat lintas iman di Gedung Sasana Hati, Kompleks Gereja Katedral Banjarmasin. Hadir dalam diskusi ini sekitar 200 orang yang merupakan perwakilan dari tokoh agama,TNI, biarawan-biarawati, LK3, mahasiswa, PMRI, dan umat Katolik.

Diskusi lintas iman

Diskusi lintas iman ini bertema “Tantangan Agama-agama di Tahun Politik dalam Memperkokoh Nilai Kebangsaan”.

Moderator diskusi ialah Romo Ignatius Supardi Pr. Sedangkan, dua pembicaranya yaitu Pendeta Kornelius Sukariyanto (Ketua GBIW Kalsel) dan Pak Mahajir (Dosen Unlam Banjarmasin).

Menurut Mahajir yang kini sedang menempuh S3 di National University of Australia ini ada beberapa tantangan agama di Tahun Politik ini, yakni:

  • Adanya sekelompok orang yang haus kuasa dan menghalalkan banyak cara termasuk mempolitisasi agama untuk mendapatkan kekuasaan.
  • Sekelompok penganut agama yang menganut paham radikal sempit.
  • Kemalasan orang beragama sendiri untuk mempelajari agamanya, sehingga karena malas dan tidak tahu, mereka mudah disetir untuk kepentingan tertentu.

Konstelasi politik di Tahun Politik ini, kata dia, sudah makin seru. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama yang kongkret antara pemeluk lintas agama. Selain itu,  tokoh agama juga perlu menyampaikan ceramah yang menyejukan kepada umatnya.

Pendeta Kornelius menyampaikan gagasannya demikian. Ada beberapa hal yang mempengaruhi gesekan antara penganut agama. Di antaranya ialah pengaruh masa lalu dalam sejarah Indonesia, klaim kesempurnaan dan kebenaran oleh golongan tertentu, sembari meremehkan kelompok lain dan pengaruh eksternal seperti globalisasi dan teknologi.

“Untuk menghadapi tantangan agama-agama di Tahun Politik, masyarakat perlu meletakkan fungsi agama dan politik secara proporsional pada tempatnya. Agama tidak sekedar bakti iman semata, tetapi harus dapat diimplementasikan di dalam kehidupan bersama dan berbangsa,” paparnya.

Acara diskusi.

Romo Vikaris Jendral Keuskupan Banjarmasin sekaligus Kepala Paroki Katedral Romo Krispinus Cosmas B. Tukan MSF dalam sambutannya mengharapkan ini.

“Diskusi seperti ini akan selalu menjadi prakarsa yang baik untuk membangun jembatan kasih antara pemeluk agama yang berbeda. Meskipun ada sekelompok orang yang ingin memecah belah bangsa dan relasi antara kita, tetapi lewat diskusi lintas iman ini, kita tetap membangun jembatan kasih. Kita adalah saudara dan kita Indonesia,” paparnya mantap.

Diskusi ini kemudian ditutup dengan buka puasa bersama.

“Semoga diskusi seperti ini perlu diperkuat lagi oleh pengalaman hidup bersama antara kita yang berbeda agama. Pengalaman berinteraksi dengan orang berbeda keyakinan membuat mindset kita berubah,” kata Mahajir.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here