ASMAT adalah nama penduduk asli di Keuskupan Agats di pedalaman Papua. Mereka juga tinggal di kawasan pedalaman Atsj yang jauhnya kurang lebih empat jam perjalanan naik speedboat dari ‘pusat kota’ di Asmat –Ibukota Kabupaten Asmat.
Medio Juni 2013, penulis berada di Atsji hanya sehari semalam, sejenak beristirahat dalam perjalanan dari dan ke Stasi Sagare dan kemudian ke Yaosakor dan Sawaerma.
Penulis datang bersama rombongan kecil dari Jakarta terdiri dari Hendra Kosasih, Lily Marcella, Irene Setiadi, dan Sr. Sylvia KFS dari Pontianak.
Dalam perjalanan panjang penuh risiko ini, kami ditemani Sr. Korina OSU (yang waktu itu masih bertugas di Asmat) dan Mgr. Aloysius Murwito OFM (Uskup Keuskupan Agats).
Di Atsj ada fasilitas sekolah dasar. Kondisinya sangat sederhana. Jauh berbeda dibanding sekolah-sekolah katolik di Jawa dan apalagi di Jakarta.
Berikut ini rekaman peristiwa yang kami lihat dan abadikan dalam bentuk rekaman digital.
Sr. Priska KFS yang pernah berkarya di Atsj kurun waktu 7 Desember 2013 hingga 7 Januari 2017 ikut mengabadikan pernak-pernik kehidupan remaja Atsj selama berkarya di sana beberapa tahun lalu.
Pada bulan Juni 2018 ini, Paroki St. Paulus Atsj merayakan HUT-nya ke 61 tahun.
Kredit foto: Mathias Hariyadi dan Sr. Priska KFS