Demi Misa Tahbisan Imamat di Gereja MRPD Paroki Air Upas, Hujan dan Panas pun tak Dirasakan (3)

0
719 views
Sambutan hangat segenap Umat Katolik Paroki St. Maria Ratu Pecinta Damai (MRPD) Air Upas mengiringi prosesi arak-arakan rombongan Uskup, Sekda Kabupaten Ketapang, Vikjen Keuskupan Ketapang, Pastor Paroki MRPD, dan Diakon Bonefasius Mite Pr menuju kompleks gereja jelang misa tahbisan imamat, Jumat tanggal 29 Juni 2018. (Mathias Hariyadi)

MISA Tahbisan Imamat jelas merupakan peristiwa langka bagi segenap umat Paroki St. Maria Ratu Pecinta Damai (MRPD) Air Upas. Bukan saja karena lokasinya terpencil di kepung perkebunan sawit, namun juga butuh ‘mental baja’ untuk mau berpayah-payah ria menuju ke kawasan terpencil di wilayah pastoral Keuskupan Ketapang, Kalbar ini.

Bulan Juni 2018 ini mestinya masih masuk kategori musim kemarau. Namun, dalam sepekan terakhir ini, hujan deras tiada henti mengguyur Kabupaten Ketapang. Tidak hanya di wilayah kota, melainkan juga berbagai kawasan di luar Ibukota Kabupaten Ketapang.

Hujan deras tanpa henti

Sehari sebelum Misa Tahbisan Imamat di Paroki MRPD Air Upas, hujan deras telah mengguyur Kabupaten Ketapang. Jalanan menjadi becek. Lumpur pekat telah berubah menjadi bubur dan itu langsung mengisi kobangan lumpur di sepanjang jalan jalur Ketapang menuju Air Upas melalui Kendawangan dan sebaliknya dari Air Upas menuju Ketapang melalui Tanjung, Tumbang Titi.

Motor milik segenap umat setelah diguyur hujan menembus kobangan lumpur sepanjang jalan menuju Air Upas.

Namun, semua kondisi cuaca yang kurang menguntungkan itu rupanya tak mampu  menyurutkan ribuan umat Katolik di Paroki MRPD Air Upas mau datang menyemarakkan prosesi penerimaan Sakramen Imamat Diakon Bonefasius Mite. Misa Tahbisan Imamat pria kelahiran Flores ini akhirnya berjalan semarak dengan hadirnya ribuan umat, 37 imam, 10 suster lintas tarekat, para tamu undangan dari kalangan pemerintah Kabupaten Ketapang, Muspika Kecamatan Air Upas dan lainnya.

Editor dan kameramen AsiaNews, Sesawi.Net, dan Words2Share berkesempatan mendokumentasi peristiwa historis di Gereja MRPD Paroki Air Upas di balik lensa kamera dan melalui tulisan.

Hujan membuyarkan suasana

Jumat tanggal 29 Juni 2018 pagi hari masih dibalut sejuknya pagi, ketika hujan gerimis tanpa henti membasahi kawasan Air Upas. Sehari sebelumnya hingga malam hari tanggal 28 Juni, kawasan ini malah sempat mengalami guyuran hujan sangat deras. Panitia telah dibuat kalang kabut dengan keharusannya menutup ‘atap di bawah langit’ di sisi kanan-kiri gereja dengan atap deklit agar jangan sampai terjadi tampias di kala hujan deras yang tak bisa ‘dikendalikan’ pada hari H.

Tak ada bodi mobil yang bersih memasuki halaman parkir di depan kompleks Gereja MRPD Paroki Air Upas untuk mengikuti misa tahbisan imamat. Semua berlepotan lumpur dan benar-benar kotor.

Kecemasan itu terasa menggigit situasi. Maklumlah, pada pukul 08.00 pagi di hari Jumat (29/6/18) akan berlangsung tarian budaya khas Bajawa di Flores, NTT, mengawali prosesi panjang arak-arakan dari jalan raya menuju kompleks gereja.

Hujan deras akan membuyarkan rencana tarian adat di jalanan umum dan kemudian acara ritual khas Dayak di ujung depan gereja.

Semua prosesi ritual adat ini akan berlangsung di bawah atap langit terbuka.

Entah apa yang terjadi, 30 menit sebelum acara tarian adat itu terjadi, tiba-tiba mendung di langit mulai berangsur hilang. Pendaran sinar matahar sedikit demi sedikit mulai menyembul di balik awan.

Gereja MRPD Paroki Air Upas, Keuskupan Ketapang Mengukir Sejarah: Tahbisan Imamat Romo Bonefasius Mite Pr (2)

Cuaca sangat mendukung

Persis kurang lebih pukul 08.00 WIB matahari mulai menampakkan ‘kegarangannya’. Belum sepenuhnya panas, namun kecemasan akan hari hujan sudah mulai mereda seiring dengan rombongan umat mulai menyesaki jalanan di titik perempatan yang merupakan akses masuk ke Air Upas.

Sebelumya, mobil dan motor berlepotan lumpur mengisi halaman parkir di depan gereja. ‘Wajah’ kendaraan mereka lusuh, kotor, dan penuh lumpur. Namun, tidak begitu keadaannya di wajah aseli mereka.

Upacara ritual adat Bajawa, Flores, mengiringi awal prosesi arak-arakan dari jalanan umum menuju kompleks gereja. (Mathias Hariyadi)
Tarian pencak silat oleh OMK Paroki MRDP Air Upas bernama Arya menyambut kedatangan rombongan Bapak Uskup Mgr. Pius Riana Prapdi, Vikjen Romo Sutadi, Pastor Paroki Romo Stefanus Wagut, Sekda Kabupaten Ketapang Hieronimus Tanam, dan Diakon Mite. (Mathias Hariyadi)

Wajah berseri dengan senyum mengembang lebar telah menghiasi muka-muka segenap umat Katolik Paroki MRPD Air Upas.

Di hari Jumat tanggal 29 Juni 2018 ini, peristiwa historis terukir di Gereja MRPD Air Upas. Guyuran hujan telah reda, langit pun mulai cerah, matahari bersinar garang.  Akhir cerita, maka prosesi tahbisan imamat untuk Diakon Bonefasius Mite Pr pun akhirnya bisa berjalan dengan sangat khitmad dan lancar.

Mukjizat alam itu memang terjadi dan nyata. Kuasa ilahi telah menyingkirkan mendung dan hujan dari langit. Sebaliknya, cuaca yang sangat mendukung mulai mengisi jam-jam selama prosesi misa tahbisan imamat itu berlangsung sejak di  pagi hari hingga menjelang sore.

Di Gereja MRDP Paroki Air Upas, Keuskupan Ketapang di Kalbar, maka hujan dan panas pun tak mampu menggoyahkan antusiasme umat untuk menyaksikan peristiwa langka di sana: Misa Tahbisan Imamat. (Berlanjut)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here