“Perahu Kami Diiringi Paus dan Lumba-lumba” ; Berpastoral di Pedalaman Kokonao, Papua

0
2,899 views

Pengalaman melayani umat di sepanjang pesisir pantai laut Arafura memang sungguh menyenangkan. Dari Kokonao kita dapat menyusur Laut Arafura dan memakan waktu sebelas dua sampai belas jam.

Sementara kalau menggunakan pesawat kita mesti menggunakan dua kali pesawat yang berbeda. Pertama dari kokonao ke Timika kurang lebih lima belas menit diteruskan pada hari berikutnya menuju Potowaiburu dengan menggunakan pesawat kecil selama empat puluh lima menit.

Pelayanan dimulai dari stasi yang bernama Unito. Jarak stasi ini  kurang lebih 40 Km dari potowaiburu. Umat yang ada di sini adalah orang gunung. Ketika datang, saya disambut dengan tari susu dan bakar batu. Ada tiga ekor babi yang dipotong untuk dinikmati bersama. Selama tiga hari saya tinggal di Unito memimpin acara minggu palma dan misa pembaptisan anak-anak.

Pelayanan dilanjutkan di daerah sepanjang pesisir pantai. Puji Tuhan saat itu laut teduh jadi dengan percaya diri kami mengarungi Laut Arafura. Akan tetapi tanpa diduga, semburan air semacam pancuran yang deras dari laut persis di depan perahu kami muncul. Sesaat kemudian saya melihat ikan paus hitam yang melintas di  depan perahu kami. Ketegangan sempat muncul karena ini untuk pertama kalinya aku melihat ikan paus yang masih hidup. Hanya saja motoris memberitahu pada saya,
“Tenang pater…paus itu tidak berbahaya”

Saya percaya padanya karena memang dia lebih mengetahui situasi laut daripada saya. Akan tetapi tak lama kemudian persis di samping perahu saya pun muncul seekor ikan paus yang berenang seakan mengiring perahu kami. Ukuranya lebih besar dari yang pertama. Ia muncul di permukaan dan menyemburkan air dari punggungnya. Segera saya mengambil kamera untuk mengabadikan hal ini, tapi sayang ketika akan memotretnya paus sudah tenggelam.

Yang saya khwatirkan adalah saat paus menyembul di permukaan dan kebetulan perahu persis ada di atasnya. Hal ini tentu berbahaya karena perahu pasti akan terbalik akibat dorongan paus. Puji Tuhan perjalanan berjalan dengan lancar. Bahkan sempat sesaat ikan paus itu mengiring perjalanan kami. Sesekali muncul di depan perahu dan  di samping atau di belakang perahu.

Selain pemandangan ikan paus, kami juga sering melihat ikan lumba-lumba yang bermunculan di permukaan laut. Ikan lumba-lumba tampaknya lebih bersahabat. Kalau salah satu ikan lumba-lumba sudah muncul lalu kita bersiul-siul panjang, maka akan ada kawanan yang lain yang juga menampakkan diri. Berbeda dengan paus yang tampak lebih tenang. Sementara ikan lumba-lumba tampak lebih gesit. Mereka melompat di permukaan laut kemudian tenggelam lagi.

Refleksi
Pengalaman pertama biasanya sungguh mengesankan. Dan dari pengalaman itulah kita dapat belajar akan satu hal yang baru. Ada pepatah yang mengatakan, “Pengalaman adalah guru yang terbaik”. Maka segala pengalaman entah yang buruk atau baik, tetap memberi makna bagi hidup kita.

Pengalaman kegembiraan, keberhasilan mengajarkan kita untuk bersyukur atas segala rahmatNya. Pengalaman dalam menghadapi masalah atau bahkan penderitaan mengingatkan kita akan keterbatasan kita, sehingga mesti bergantung padaNya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here