Pelita Hati: 27.07.2018 – Tanah yang Baik

0
1,237 views

Bacaan Matius 13:18-23

“Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itu pun segera murtad. Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.”

Sahabat-sahabat pelita hati,

KITA berjumpa dengan bagian akhir dari perumpamaan tentang seorang penabur. Matius membagi atau mengkategorikan menjadi empat karakter tempat jatuhnya benih, yaitu (1) di pinggir jalan, (2) di tanah yang berbatu, (3) di semak duri dan (4) di tanah yang baik.  Kempat tempat itu diartikan  sebagai berikut: ada yang mendengar tetapi tidak mengerti; ada mendengar tetapi tidak tertanam dalam hati sanubari; ada yang percaya, tetapi kemudian mundur lagi (murtad). Yang terakhir adalah mereka yang menerima, percaya dan bertekun sehingga berbuah kebaikan. Hanya yang jatuh di tanah baiklah yang kemudian menghasilkan buah yang berlipat-lipat. Siapa mereka? Orang-orang yang sungguh percaya dan berusaha menghayati Firman Allah dengan setia. Bagimana caranya? Satu-satunya cara untuk dapat bertumbuh dan berbuah adalah tinggal dan menyatu dengan Kristus sang pokok pohon, karena di luar Tuhan kita tidak dapat berbuat apa-apa (Yoh 15:5c).

Sahabat terkasih,

Saatnya sekarang kita bertanya kepada diri kita masing-masing: apakah aku telah menjadi tanah yang baik? Ato masih menjadi semak berduri atau bahkan tanah berbatu? Semoga kita tidak henti berusaha untuk menjadi tanah yang baik agar hidup kita sungguh membuahkan kebaikan dan bermakna bagi sesama.

Anak jangan diistimewakan,
agar tidak kekanak-kanakan.
Jika kita hidup dalam kebaikan,
nama Tuhan semakin dimuliakan.

dari Papua dengan cinta,
Berkah Dalem, Rm.Istoto

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here