Yesus mengatakan juga suatu perumpamaan kepada mereka: “Tidak seorang pun mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru untuk menambalkannya pada baju yang tua. Jika demikian, yang baru itu juga akan koyak dan pada yang tua itu tidak akan cocok kain penambal yang dikoyakkan dari yang baru itu. Demikian juga tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian, anggur yang baru itu akan mengoyakkan kantong itu dan anggur itu akan terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula. Dan tidak seorang pun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia akan berkata: Anggur yang tua itu baik.” (Luk.5:36-39)
SAHABAT pelita hati,
Menanggapi persoalan tentang berpuasa sebagaimana yang diangkat oleh orang-orang Farisi, Tuhan Yesus memberikan pemahaman yang lebih komprehensif dan lebih dalam tentang makna berpuasa yang sesungguhnya dan arti hidup beriman. Berpuasa tidak sekedar mengendelaikan makanan. Beriman tidak cukup hanya menjalankan perintah agama atau aturan serta hukum yang ada sebagaimana tersurat dalam Taurat. Hidup beriman berarti menyelaraskan apa yang kita lakukan dengan motivasi dan niat hati yang suci. Tak ada gunanya jika seluruh aturan kehidupan kita jalani dan kita tepati tetapi hati membenci apalagi mencaci. Dibutuhkan pembaharuan hati agar “anggur baru disimpan dalam kantong yang baru.”
Sahabat terkasih,
Kelemahan mendasar orang-orang Farisi adalah tidak menyatunya antara pikiran dan perbuatan. Segala tuntutan dan aturan mereka jalani tetapi hati mereka dipenuhi rasa benci. Hati mereka tak pernah ‘mengendap’ dan selalu risau dengan mencari kesalahan orang. Semoga kita dijauhkan dari sikap seperti itu. Jadikan hati kita yang selalu memancarkan kebaikan.
Menikmati ayam bakar Karawaci,
ditemani segelas minuman teh poci.
Jauhkan hati kami dari kehendak membenci,
jadikan hati kami tulus dan suci.
dari Papua dengan cinta,
Berkah Dalem, Rm.Istoto
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)