“Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.” (Yakobus 2:26)
“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga.” (Matius 5:16)
Sebagai manusia, tentu kita sering mendengar istilah bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia sebagai homo Socialis membutuhkan manusia lain baik untuk sekedar menjadi teman untuk hidup maupun juga untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Contoh paling konkritnya saja seorang bayi yang baru lahir sangat membutuhkan hadirnya seorang ibu yang bisa memberinya ASI untuk dapat bertahan hidup, karena tanpa ASI, bayi itu pasti akan kelaparan.
Dalam ajaran iman kita, sudah pasti sering mendengar bahwa setiap orang Katolik memiliki iman yang harus terus di bangun dan di kembangkan selama hidupnya. Iman harus terus dipupuk agar tidak hilang atau melemah.
Beberapa caranya adalah dengan menyadari bahwa iman adalah karunia dan karenanya tekun memohon kepada Allah agar memperoleh karunia untuk meningkatkan dan memperkokoh iman; menghidupkan iman oleh kasih, sehingga mengakibatkan kebajikan-kebajikan yang lain untuk turut bertumbuh; meningkatkan iman dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan penghayatan iman.
Berbagi
Salah satu dari perwujudan iman tersebut secara konkrit adalah berbagi dengan sesama yang membutuhkan.
Seperti yang dapat kita lihat di Indonesia, pertumbuhan ekonomi sangat tidak merata sehingga ada begitu banyak jurang pemisah antara si “kaya” dan si “miskin”.
Mereka yang berkekurangan secara finansial sering sekali bahkan hanya untuk makan saja sangat kesulitan. Tak jarang mereka tidak makan dalam sehari, padahal untuk dapat meraih rejeki, seseorang membutuhkan makanan agar memiliki tenaga.
Pada hari Kamis (8/11) lalu, kelompok agama kami memutuskan untuk memberikan sembako kepada orang-orang yang membutuhkan.
Sebagai mahasiswa dari Universitas Airlangga, kami memfokuskan pembagian sembako kami kepada mereka yang berkekurangan di sekitar kampus. Hal ini kami lakukan karena adanya rasa kerinduan untuk dapat berbagi sedikit dari rezeki yang kami miliki dan membuat orang-orang tersebut merasakan sedikit dari kebahagiaan yang kami berikan dan juga rasa peduli pada sesama yang kami rasakan.
Dalam melakukan hal ini, tidak sedikit halangan yang kelompok kami dapatkan, banyak sekali konflik yang terjadi dimulai dari betapa sulitnya menentukan jadwal karena anggota kami berasal dari empat fakultas yang berbeda hingga kami pastinya memiliki jadwal kuliah yang tidak sama, hingga cuaca yang tiba-tiba berubah dari yang awalnya surabaya masih sangat cerah dan tidak ada tanda-tanda akan hujan, hingga tiba-tiba hujan turung sangat deras.
Namun semua hal itu tidak membuat kami menyerah, hal itu justru semakin membakar semangat kami untuk berkarya. Seperti juga perjalanan Tuhan Yesus memanggul Salib. Dalam perjalananNya ke Bukit Golgota, Yesus mengalami banyak sekali cobaan hingga Ia jatuh tiga kali.
Dengan semangat cinta kasih yang juga diajarkan oleh Yesus, walaupun banyak sekali rintangan yang kami hadapi, kami tetap bersikukuh untuk melanjutkan membagikan sembako.
Semua perjuangan kami pun terbayar di saat kami memberikan sembako tersebut dan melihat senyum dari mereka. Sedikit kebahagiaan yang kami bagikan bagi mereka akhirnya dapat memberikan kebahagiaan pula bagi mereka.
Seperti pesan Yesus yang mengharapkan setiap muridnya menjadi terang bagi dunia, kami pun melalui kegiatan ini ingin membagikan terang bagi sesama dan membawa kerajaan sorga bagi sesama kami.
Semangat ini kami harapkan akan terus hadir dalam diri kami dan juga kami berharap agar lebih banyak warga Katolik terutama orang muda Katolik agar terus melayani sesama dan berkarya untuk mewujudkan kerajaan Allah di dunia.
Kontributor: Katherine Abidea Salim, Clara Noventia, Jason Patrick Siregar.
