Abdi

0
281 views
Ilustrasi: Pijat refleksi oleh Aki Sriyono. (Mathias Hariyadi)

Renungan Harian
Jumat, 6 Mei 2022
Bacaan I: Kis. 9: 1-20
Injil: Yoh. 6: 52-59
 
SUATU sore, saya ngobrol dengan bapak. Saya bercerita, setiap saya liburan di rumah dan tiduran sambil nonton televisi, pak’e (suami simbok yang bantu di rumah dan menemani bapak dan ibu) selalu memijat kaki saya, sehingga membuat saya tertidur.

Saya juga bercerita beberapa hari ini pak’e memancing ikan dan kemudian digoreng kering sebagaimana kesukaan saya.
 
“Memang, pak’e dan mbok’e itu orang-orang luar biasa. Mereka mencintai kita semua. Mereka itu melayani kita semua dengan luar biasa.

Mereka tahu kesukaan kalian sehingga sering dibela-belain untuk diadakan.

Kamu tahu setiap pagi mbok’e selalu menyediakan sarapan kesukaanmu, meskipun ibu selalu melarang. Mbok’e rela dimarahi ibu karena mbok’e mau menyenangkan kamu karena cintanya pada kalian.

Wah, mereka itu orang-orang luar biasa, paribasane daginge dipundhut wae mesti dicaoske (seandainya dagingnya diminta pasti akan diserahkan),” bapak menggambarkan pengabdian, loyalitas yang berdasarkan cinta pak’e dan mbok’e kepada kami.
 
Pengalaman di atas membantu saya memahami Cinta Tuhan yang luar biasa kepada manusia. Tuhan telah sungguh-sungguh memberikan hidup-Nya, dengan menderita dan wafat di kayu salib agar manusia hidup dan selamat.

Cinta yang tanpa syarat dan tanpa pamrih untuk mendapatkan balasan; cinta yang memberi hidup dan keselamatan.

Kalau Tuhan bersabda: “Sebab dagingKu adalah benar-benar makanan, dan darahKu adalah benar-benar minuman” menunjukkan bahwa Tuhan memberikan diri sehabis-habisnya agar manusia hidup.

Persoalannya adalah apakah aku mau mengambil dan menikmati cinta Tuhan itu sehingga aku selamat dan hidup.
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here