Bacaan 1: Ul 18:15-20
Bacaan 2: 1Kor 7:32-35
Injil: Mrk 1:21-28
Membaca Kitab Ulangan bab 18 memang sangat menarik. Disana dikatakan sebuah nubuat adanya nabi yang akan dibangkitkan pada suatu saat nanti. Dan ada yang mengklaim (agama atau ajaran tertentu) bahwa itu ditujukan pada nabi atau junjungan mereka. Namun benarkah?
Latar belakang teks ini adalah pernyataan “Perjanjian antara Allah dengan Bangsa Israel” yang disampaikan oleh Nabi Musa di Gunung Horeb.
Jadi jelas bahwa nabi yang dimaksud adalah dari antara mereka sendiri (bangsa Israel). Bukan nabi yang berasal dari bangsa lain.
Bagi umat kristiani nubuat itu dipercaya sebagai nubuat kedatangan Sang Nabi Agung, Imam Besar, dan Raja Semesta ini, yang tergenapi dalam Perjanjian Baru dalam Diri Tuhan Yesus. Yesus datang ke dunia sebagai Seorang, Nabi, Imam dan Raja:
- Nabi, mengajar umat-Nya mengenal Allah yang benar.
- Imam, menguduskan umat-Nya.
- Raja, memimpin umat-Nya menuju kepada Allah Bapa-Nya.
Yesus adalah “Nabi dan Tuhan”, tiga panggilan itu kemudian diteruskan kepada seluruh umat katolik.
Dalam bacaan injil, Markus menampilkan Yesus sebagai Nabi (Guru atau Pengajar) yang penuh kuasa Ilahi, berbeda dengan guru ahli Taurat. Kuasa Ilahi tersebut tercermin saat roh jahat yang merasuki jemaat di rumah ibadah tunduk pada-Nya.
Yesus menghardik roh jahat, “Diam, keluarlah dari padanya!”
Dan roh jahat itupun keluar dari tubuh orang tersebut.
Bagi umat katolik, kedatangan para nabi sudah ditutup sejak kedatangan Nabi Yohanes Pembaptis. Setelah itu tidak ada lagi nabi yang akan datang.
Maka Rasul Paulus mengajarkan “Parousia” kepada jemaat Korintus, yaitu *kedatangan Tuhan Yesus kedua kalinya di dunia,* bukan kedatangan nabi yang lain.
Paulus meminta jemaat Korintus mempersiapkan diri (hati) dengan baik. Sepertinya Paulus masih menganggap bahwa kedatangan Tuhan ada dalam periode saat itu. Persiapan itu diantaranya adalah pola hidup perkawinan.
Perkawinan sebagai sesuatu yang bersifat duniawi dan secara kebetulan orang Korintus memiliki sejarah kebiasaan seks bebas. Sehingga menganggap aktifitas seks adalah sesuatu yang tabu untuk dilakukan, termasuk dalam perkawinan dan mengganggu fokus mempersiapkan Parousia.
Mereka ragu apakah sebaiknya menikah atau tidak (sehubungan dengan aktifitas seks tersebut).
Pesan hari ini
Umat katolik fokus mempersiapkan hati untuk kedatangan Tuhan Yesus kedua kalinya di dunia (Parousia). Bukan menunggu nabi yang lain.
“Ku tetap menunggu-Mu karena ku yakin cinta kan membawa-Mu kembali ke sini dan menuaikan rindu.”