Renungan Harian
Kamis, 10 Juni 2021
Bacaan I: 2Kor. 3: 15-4:1.3-6
Injil: Mat. 5: 20-26
BEBERAPA waktu yang lalu, ada berita yang cukup heboh dan sekaligus amat memprihatinkan. Berita itu berkenaan dengan kasus tindak pelecehan seksual yang dialami oleh beberapa anak misdinar oleh pembina misdinar.
Berita yang amat mengejutkan ini amat memukul banyak orang.
Syukur pada Allah segera ketahuan dan diambil langkah hukum serta langkah-langkah pendampingan para korban.
Bagi beberapa orang yang mengenal pendamping misdinar merasa terkejut karena selama ini dia dikenal sebagai seorang aktivis di paroki dan sudah lama aktif dalam kegiatan menggereja.
Selain aktivis, dia juga dikenal sebagai sosok yang baik, tidak neko-neko. Maka ketika kasus itu terbongkar, beberapa orang setengah tidak percaya.
Kejadian seperti itu bukan yang pertama dan terakhir terjadi dalam Gereja. Sudah lama berita tentang pelecehan baik yang dilakukan oleh awam aktivis maupun oleh imam, biarawan atau biarawati.
Dan berita itu sudah menyebar kemana-mana bahkan ada keuskupan di Amerika yang dinyatakan bangkrut karenanya.
Tentu kasus seperti itu sungguh-sungguh mencoreng Gereja, dan mempermalukan Gereja.
Meskipun tidak bisa dikatakan bahwa Gereja kemudian menjadi rusak atau semua imam, biarawan dan biarawati tidak bisa dipercaya.
Kalau mau jujur melihat persentase jumlah pelaku dibandingkan jumlah Imam, biarawan, biarawati dan aktivis Gereja pasti amat sedikit.
Artinya banyak imam, biarawan, biarawati dan aktivis Gereja dengan segala kekurangannya tetap hidup baik dan terpuji.
Melihat kejadian-kejadian yang memalukan itu, harus disadari bahwa banyak orang yang menjadikan agama sebagai topeng hidupnya.
Agama tidak lagi dilihat dan dihayati sebagai sarana untuk mencapai keselamatan yaitu semakin dekat dan bersatu dengan Allah.
Agama dijadikan sarana untuk mendapatkan wajah suci dan terpuji. Kehidupan beragama dijadikan topeng.
Orang aktif dalam kehidupan menggereja bukan menjadikan dirinya semakin penuh kasih dan dekat dengan Tuhan tetapi untuk mendapatkan pujian dan pandangan orang akan dirinya yang baik.
Sebagaimana Sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Matius: “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, kalian tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.”
Bagaimana dengan aku?
Bagaimana aku menghayati hidup keagamaanku?