LOMBA tarik tambang hari Selasa, 16 Agustus 2022, di lapangan Rumah Betang (panjang) kompleks Keuskupan Sanggau, menyentil benak beberapa penonton. Melihat body-body mungil ambil bagian menarik tali yang panjang dan cukup berat untuk mereka.
Tentu saja, para bapak guru sudah memilih ukuran yang sesuai dengan genggaman anak.
Anak-anak satu kelas turut ambil bagian dengan bangganya. Mereka senang dilibatkan. Berharap menang melawan teman satu jenjang tapi beda kelas. Hati riang mereka menjadi penyulut para peserta lomba mengeluarkan tenaga untuk bersama menarik satu arah.
Peragaan busana dulu
Sebelum tarik tambang berlangsung, acara diawali dengan fashion show di halaman sekolah SDS Paroki Katedral. Dewan guru sepakat untuk mengusung tema “Merah Putih”.
Tidak diperkenankan mengeluarkan biaya berlebihan. Cukup menggunakan baju dan atribut sederhana dan yang dimiliki, tetap sesuai tema. Kreatifitas tampilan yang disajikan, keberanian berekspresi, dan keunikan tampilan menjadi bahan penilaian.
Antusiasme anak begitu luar biasa. Tak peduli dengan tambunnya badan mereka. Mereka mendaftarkan diri ke wali kelas masing-masing. Bapak ibu guru pun menuliskan nama mereka untuk mendapatkan nomor undian.
Sorak-sorai menghantar tampilan mereka, baik perlombaan per grup maupun perorangan. Tepukan tangan, yel-yel, tawa lepas para orangtua murid dan penonton lainnya tak henti memadati di laga mereka.
Semakin musik pop pembangkit nasionalisme semakin lantang suara para penonton. Para ibu pemeran utama grup gelisah melihat putera-puteri mereka berlaga di lapangan sekolah.
Label lomba makan kerupuk pun berubah judul menjadi makan kerupuk bersama. Bentangan tali dari ujung tiang kelas ke ujung pagar sekolah.
Satu tali digunakan untuk satu kelas dengan dua gelombang. Hitungan penanda mulainya lomba hanya jadi angin lalu. Anak-anak sudah tidak sabar ingin menjadi juara.
Situasi makin menggemaskan, karena setiap kali bibir sudah mulai menyentuh kerupuk. Dan kerupuk hanya mau berputar di seputar bibir tak juga masuk ke mulut.
Dua sisi
Hidup memiliki dua sisi, baik dan buruk, menang kalah, positif negatif, damai perang. Meskipun meletakkan hidup bukan pada ranah kompetisi. Hal yang berlawanan selalu ada. Usaha untuk melayani secara adil pun tetap akan ada pihak yang merasa diperlakukan tidak adil. Bahkan sebagai pelaku atau subyek keadilan. Akan ada yang harus ditinggalkan sementara waktu.
Memberikan kesempatan pada yang lebih utama dan penting karena menyangkut hal-hal yang menyangkut hidup banyak orang pun melakukan tindakan menyisihkan hal atau pihak yang lain.
Memberikan penghargaan pada usaha dan keterlibatan anak-anak juga terjadi hal demikian. Memberi hadiah pada juara 1, 2, dan 3 akan ada perbedaan. Memberikan kelebihan pada tingkat yang tinggi.
Dengan maksud ada pembeda antar juara. Peserta yang tidak juara juga diberi hadiah untuk menghindari rasa minder. Hadiah yang diberikan ada perbedaan meski barang yang diberikan sama.
Perbedaan jumlah dan pembungkus sebagai penanda.
Hati riang, hati positif
Hati sukacita mampu terlihat dari raut wajah dan bahasa. Raut wajah yang cerah berasal dari hati yang tulus dan sukacita yang murni.
Kebahagiaan dalam hati terpancar dari wajah anak-anak yang polos. Mereka menampilkan yang benar-benar mereka rasakan dan mereka alami.
Tidak peduli panas teriknya matahari maupun kasarnya tali tambang. Kebahagiaan bersama teman-teman, kebahagiaan untuk terlibat dan solider.
Hati positif menjadi pendorong berpikir positif dan melakukan yang positf untuk tujuan yang positif. Tidak menutup kemungkinan akan ada hal negatif yang menyertainya.
Kekuatan yang berasal dari Tuhan dan tekad diri menjadikan positif tetap bertahan dan meminimalisir negatif.
Hati riang dan hati positif seperti sahabat bagaikan kepompong. Bertumbuh saling menguatkan dan mendukung. Membuahkan suka cita dan hal-hal yang berguna bagi hidup bersama.
Amanat pembina upacara
Upacara dalam rangka Kemrdekaan RI ke-77 di halaman Sekolah SDS Paroki Katedral hari ini, Rabu 17 Agustus 2022 dihadiri semua siswa dari kelas satu hingga kelas enam beserta dewan guru, staf dan petugas sekolah.
Anak-anak antusias mengikuti jalannya upacara. Mendengarkan amanat pembina upacara, menciptakan suasana yang tenang dan tertib, juga anak-anak kelas rendah turut menyanyikan lagu wajib Indonesia Raya dengan warna suara yang berbeda-beda dan mencolok.
Bukan berarti mereka tidak tahu petugas yang menyanyikan lagu. Tetapi karena mereka mau terlibat turut menyanyi meskipun guru sudah memberi tahu berulang kali baik di kelas maupun saat berbaris di halaman sekolah.
Merubah diri menjadi lebih baik tidak perlu menunggu teman atau pun tergantung orang lain. Merubah diri dengan melakukan tugas dan tanggung jawab dilakukan secara individu. Hidup di zaman ini bukan lagi seperti para pahlawan jaman dulu yang harus bertaruh nyawa.
Namun dengan merubah diri menjadi baik adalah bagian dari mengisi kemerdekaan.