Airmata Cinta

0
0 views
Ilustrasi: Kecanduan main game online. (Ist)

Kamis, 21 November 2024

Why 5:1-10;
Mzm 149:1-2.3-4.5-6a.9b;
Luk 19:41-44;

SETIAP airmata yang jatuh dari diri seseorang memiliki berbagai makna.

Mulai dari rasa haru bahagia atau justru rasa sedih. Terkadang airmata juga menyimpan beragam cerita penuh kenangan yang mengingatkan kisah masa lalu.

Perjalanan kehidupan memang penuh lika-liku. Terkadang kita bisa merasakan bahagia tiada tara. Tapi ada kalanya juga kita merasakan kesedihan yang mendalam.

“Saya hanya bisa menangisi anakku yang tidak mau lagi sekolah,” kata seorang ibu.

“Dia bersikeras tidak mau sekolah lagi dan memilih untuk main game.

Sudah banyak cara saya tempuh namun dia tetap pada kemauannya. Dia tidak mau sekolah.

Segala kebutuhannya sudah saya penuhi namun itu tidak membuat dia mau berjuang melainkan malah semakin seenak sendiri.

Saya sedih membayangkan masa depan anakku. Bagaimana dia bisa menghadapi kehidupan ini jika kami orangtuanya sudah tiada.

Bayang-bayang masa depan yang dia tidak sadari itulah yang membuatku sedih dan selalu menangis,” kata seorang ibu.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya kata-Nya: Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu. Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.”

Yesus menangisi Yerusalem, itu adalah tangisan seorang Bapa yang penuh kasih kepada anak-anak-Nya yang tersesat.

Itu adalah tangisan kerinduan untuk membebaskan manusia dari penderitaan dosa. Namun, kasih-Nya tetap tidak dipaksakan. Ia menghormati kebebasan manusia untuk memilih.

Setiap hari, kita menerima kasih dan rahmat Tuhan. Ia terus mengetuk pintu hati kita, mengundang kita untuk menerima-Nya, tetapi sering kali kita sibuk dengan dunia, dengan keinginan dan ambisi pribadi, sehingga kita tidak memberikan tempat bagi-Nya.

Seperti Yerusalem di masa lalu, kita mungkin melihat kasih-Nya sebagai sesuatu yang biasa, bahkan menolaknya karena hati kita yang keras.

Yesus terus menangisi dunia yang keras hati, tetapi tangisan itu bukanlah tangisan keputusasaan. Itu adalah tangisan kasih yang penuh harapan bahwa suatu hari setiap hati yang tertutup akan terbuka dan menyambut-Nya.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku menyadari betapa besar kasih Yesus dalam hidupku?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here